Hai Assalamualaikum!
Yak! Seperti judulnya, saya mau
berbagi derita drama ketika saya mengurus paspor di tahun 2014 kemarin. Sebenernya
nggak bakalan curhat menye-menye sih, tapi lebih ke berbagi pengalaman mengurus
paspor. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang akan mengurus paspor sendiri
ya.
![]() |
Sumber gambar: thejakartapost.com |
Saya akan berangkat dari lesson
learned-nya dulu. Yaitu: jangan sekali-kali terlambat ambil paspor kamu lebih
dari sebulan pas udah jadi, atau paspor kamu bakal digunting-gunting sama
petugas imigrasi!
Jadi ceritanya, April 2013 saya
sudah memulai proses pembuatan paspor. Saya state memulai karena paspornya belum saya ambil sampai bulan Juni 2014.
Hahahaha gila yah. Waktu itu saya urus online dan tanpa calo di Kantor Imigrasi
Kelas II Kota Depok, lokasinya di dalam Komplek Grand Depok City (warga Depok pasti sudah paham betul dengan GDC). Ada juga sih
keuntungan urus dengan registrasi secara online terlebih dahulu, nantinya
antrian kita akan terpisah dari antrian yang mengurus paspor biasa, secara
yang tahu informasi urus paspor online baru segelintir orang, jadi antriannya lebih sedikit dan check list perintilan lebih cepat diselesaikan karena sudah kita upload terlebih dahulu di website Imigrasi. Untuk proses lainnya tidak berbeda dengan urus paspor pada umumnya, yaitu foto - bayar di Bank - hari Jumatnya jadwal ambil paspor deh.
Awalnya saya berniat mengurus paspor supaya
punya akses ke Singapore pas saya mengunjungi Eceu ke Batam nanti. Ternyata,
paspor saya belum jadi sampai dengan hari keberangkatan ke Batam. Duh.
Akhirnya rencana berubah total. Saya dan Eceu gak jadi ke Singapore, hanya keliling-keliling Batam selama 4 hari.. Buru-buru yang sangat useless... :(
Akhirnya rencana berubah total. Saya dan Eceu gak jadi ke Singapore, hanya keliling-keliling Batam selama 4 hari.. Buru-buru yang sangat useless... :(
Pulang dari Batam, kerjaan
membludak banget! maklum, saat itu status saya adalah anak agency penuh dedikasi yang posisinya nggak
punya back to back di kantor. Sedih ya. *curhat* akhirnya pengambilan paspor
tertunda lagi... lagi... dan lagi.
Sempat juga saya titipkan slip pengambilan paspor ke Mami, barangkali Mami mau bantu ambil paspor saya hehehe, tapi kan ibu-ibu mah sibuk banget ya. saya juga nggak mau memaksakan Mami untuk mengambil paspor saya tepat waktu. Yang walaupun in the end jadinya nggak diambil juga sih sama Mami. :(
Sempat juga saya titipkan slip pengambilan paspor ke Mami, barangkali Mami mau bantu ambil paspor saya hehehe, tapi kan ibu-ibu mah sibuk banget ya. saya juga nggak mau memaksakan Mami untuk mengambil paspor saya tepat waktu. Yang walaupun in the end jadinya nggak diambil juga sih sama Mami. :(
Bulan Juni, Juli, Agustus,
September, sampai akhirnya bulan Juni lagi tapi tahunnya 2014 dan saya belum
juga mengambil paspor itu. Sementara saya sudah beli tiket ke Bangkok dan ke
Jepang untuk keberangkatan tiga bulan kemudian. Ya, mau nggak mau saya harus urus paspor segera. Bisa gak bisa ambil pokoknya harus dipaksa ambil kalau kalau nggak sempat lagi seperti tahun lalu!
Akhirnya dengan modal nekat, nggak mencari tahu dan berasumsi kalau paspor saya masih tersimpan manis di Kantor Imigrasi Depok, saya datang ke Kantor Imigrasi dengan membawa slip pengambilan paspor. Saya kumpulkan di tempat pengambilan paspor tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pura-pura cuek, pura-pura bodoh...
dan tibalah nama saya dipanggil. DANG!
Akhirnya dengan modal nekat, nggak mencari tahu dan berasumsi kalau paspor saya masih tersimpan manis di Kantor Imigrasi Depok, saya datang ke Kantor Imigrasi dengan membawa slip pengambilan paspor. Saya kumpulkan di tempat pengambilan paspor tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pura-pura cuek, pura-pura bodoh...
dan tibalah nama saya dipanggil. DANG!
P: “Ibu tahu kalau paspor ibu
dibuat tahun 2013? Kenapa tidak diambil?”
D: (lah kenapa saya dimarahin) “Tahu,
Pak. Mohon maaf saya baru sempat ambil sekarang.”
P: (sambil memperlihatkan paspor saya yang sudah dalam keadaan digunting-gunting) “Ok, ini sekarang paspor Ibu
sudah kami gunting-gunting karena sudah tidak diambil lebih dari sebulan. Oleh
sebab itu sekarang Ibu ke ruangan yang disana untuk foto ulang ya Bu. Ini sudah prosedurnya demikian.” – dengan muka petantang-petenteng.
D: (LAAH GALAK BANGET INI
PETUGASNYA, petantang petenteng pula mukanya. sambil sedih melihat paspor saya
yang sudah digunting-gunting) “Siap Pak.” – Karena butuh, ya udahlah disewotin
sama orang diem aja, padahal mah di dalam hati dongkol banget hiks. Lagian saya juga gak mentaati prosedur yang berlaku di lingkungan Kantor Imigrasi sih, jadi yaaa siap-siap aja deh. :(
Akhirnya saya tanyakan bagaimana solusi untuk paspor guntingan seperti itu: apakah buat baru? atau mengganti bukunya saja tanpa harus membayar lagi?
Jadi, ternyata kita diarahkan untuk membuat paspor baru, namun di bagian belakang paspor terdapat catatan bahwa kita adalah EX pemegang paspor nomor sekian. Saya juga langsung diarahkan untuk foto ulang hari itu juga. Untungnya petugas foto ulangnya baik banget (dan ganteng mirip Oka Antara hahaha). Selama proses berlangsung saya diajak ngobrol dan diedukasi agar kedepannya dapat mengambil paspor tepat pada waktu yang ditentukan pada slip pengambilan paspor. Alhamdulillah, paspor pengganti saya hanya jadi 1 hari saja. Saat itu saya urus paspor hari Kamis, selesainya hari Jumat which is hanya 1 hari. Alhamdulillah, kelapangdadaan saya saat disemprot petugas imigrasi ternyata membuahkan hasil. :)
Jadi, ternyata kita diarahkan untuk membuat paspor baru, namun di bagian belakang paspor terdapat catatan bahwa kita adalah EX pemegang paspor nomor sekian. Saya juga langsung diarahkan untuk foto ulang hari itu juga. Untungnya petugas foto ulangnya baik banget (dan ganteng mirip Oka Antara hahaha). Selama proses berlangsung saya diajak ngobrol dan diedukasi agar kedepannya dapat mengambil paspor tepat pada waktu yang ditentukan pada slip pengambilan paspor. Alhamdulillah, paspor pengganti saya hanya jadi 1 hari saja. Saat itu saya urus paspor hari Kamis, selesainya hari Jumat which is hanya 1 hari. Alhamdulillah, kelapangdadaan saya saat disemprot petugas imigrasi ternyata membuahkan hasil. :)
Besoknya, karena saya nggak mau
kejadian ini berulang 2 kali, saya bela-belain ambil cuti setengah hari agar bisa langsung ambil paspor pas istirahat siang. Alhamdulillah, dengan hanya menunggu setengah jam sambil duduk manis dengar musik, nama saya dipanggil, dan paspor resmi di tangan saudara saudari! Senangnya kebangetan sih saya, karena urusan paspor ini dari awal udah dimulai dengan drama kali yah. :D
Maka dari itu, ini menjadi lesson learned yang sangat bermanfaat buat saya. Bahwa membuat paspor atau kartu identitas apapun yang berhubungan dengan tanda pengenal resmi adalah hal yang sangat penting. Dilarang keras untuk mengabaikannya. Jadi, jangan contoh saya yang gemar mengabaikan ya. :S
Maka dari itu, ini menjadi lesson learned yang sangat bermanfaat buat saya. Bahwa membuat paspor atau kartu identitas apapun yang berhubungan dengan tanda pengenal resmi adalah hal yang sangat penting. Dilarang keras untuk mengabaikannya. Jadi, jangan contoh saya yang gemar mengabaikan ya. :S
Sekian drama paspor saya ini,
semoga bisa menjadi lesson learned bagi teman-teman yang akan mengurus paspor
sendiri yaaa.
Yours Truly,
KODILZ