Tuesday, August 25, 2015

Dilla went to Malay – Thai 2014: Drama Paspor

Hai Assalamualaikum!

Yak! Seperti judulnya, saya mau berbagi derita drama ketika saya mengurus paspor di tahun 2014 kemarin. Sebenernya nggak bakalan curhat menye-menye sih, tapi lebih ke berbagi pengalaman mengurus paspor. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang akan mengurus paspor sendiri ya.

Sumber gambar: thejakartapost.com


Saya akan berangkat dari lesson learned-nya dulu. Yaitu: jangan sekali-kali terlambat ambil paspor kamu lebih dari sebulan pas udah jadi, atau paspor kamu bakal digunting-gunting sama petugas imigrasi!

Jadi ceritanya, April 2013 saya sudah memulai proses pembuatan paspor. Saya state memulai karena paspornya belum saya ambil sampai bulan Juni 2014. Hahahaha gila yah. Waktu itu saya urus online dan tanpa calo di Kantor Imigrasi Kelas II Kota Depok, lokasinya di dalam Komplek Grand Depok City (warga Depok pasti sudah paham betul dengan GDC). Ada juga sih keuntungan urus dengan registrasi secara online terlebih dahulu, nantinya antrian kita akan terpisah dari antrian yang mengurus paspor biasa, secara yang tahu informasi urus paspor online baru segelintir orang, jadi antriannya lebih sedikit dan check list perintilan lebih cepat diselesaikan karena sudah kita upload terlebih dahulu di website Imigrasi. Untuk proses lainnya tidak berbeda dengan urus paspor pada umumnya, yaitu foto - bayar di Bank - hari Jumatnya jadwal ambil paspor deh.

Awalnya saya berniat mengurus paspor supaya punya akses ke Singapore pas saya mengunjungi Eceu ke Batam nanti. Ternyata, paspor saya belum jadi sampai dengan hari keberangkatan ke Batam. Duh.

Akhirnya rencana berubah total. Saya dan Eceu gak jadi ke Singapore, hanya keliling-keliling Batam selama 4 hari.. Buru-buru yang sangat useless... :(

Pulang dari Batam, kerjaan membludak banget! maklum, saat itu status saya adalah anak agency penuh dedikasi yang posisinya nggak punya back to back di kantor. Sedih ya. *curhat* akhirnya pengambilan paspor tertunda lagi... lagi... dan lagi.

Sempat juga saya titipkan slip pengambilan paspor ke Mami, barangkali Mami mau bantu ambil paspor saya hehehe, tapi kan ibu-ibu mah sibuk banget ya. saya juga nggak mau memaksakan Mami untuk mengambil paspor saya tepat waktu. Yang walaupun in the end jadinya nggak diambil juga sih sama Mami. :(

Bulan Juni, Juli, Agustus, September, sampai akhirnya bulan Juni lagi tapi tahunnya 2014 dan saya belum juga mengambil paspor itu. Sementara saya sudah beli tiket ke Bangkok dan ke Jepang untuk keberangkatan tiga bulan kemudian. Ya, mau nggak mau saya harus urus paspor segera. Bisa gak bisa ambil pokoknya harus dipaksa ambil kalau kalau nggak sempat lagi seperti tahun lalu!

Akhirnya dengan modal nekat, nggak mencari tahu dan berasumsi kalau paspor saya masih tersimpan manis di Kantor Imigrasi Depok, saya datang ke Kantor Imigrasi dengan membawa slip pengambilan paspor. Saya kumpulkan di tempat pengambilan paspor tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pura-pura cuek, pura-pura bodoh...

dan tibalah nama saya dipanggil. DANG!


P: “Ibu tahu kalau paspor ibu dibuat tahun 2013? Kenapa tidak diambil?”

D: (lah kenapa saya dimarahin) “Tahu, Pak. Mohon maaf saya baru sempat ambil sekarang.”

P: (sambil memperlihatkan paspor saya yang sudah dalam keadaan digunting-gunting) “Ok, ini sekarang paspor Ibu sudah kami gunting-gunting karena sudah tidak diambil lebih dari sebulan. Oleh sebab itu sekarang Ibu ke ruangan yang disana untuk foto ulang ya Bu. Ini sudah prosedurnya demikian.” – dengan muka petantang-petenteng.

D: (LAAH GALAK BANGET INI PETUGASNYA, petantang petenteng pula mukanya. sambil sedih melihat paspor saya yang sudah digunting-gunting) “Siap Pak.” – Karena butuh, ya udahlah disewotin sama orang diem aja, padahal mah di dalam hati dongkol banget hiks. Lagian saya juga gak mentaati prosedur yang berlaku di lingkungan Kantor Imigrasi sih, jadi yaaa siap-siap aja deh. :(

Akhirnya saya tanyakan bagaimana solusi untuk paspor guntingan seperti itu: apakah buat baru? atau mengganti bukunya saja tanpa harus membayar lagi?

Jadi, ternyata kita diarahkan untuk membuat paspor baru, namun di bagian belakang paspor terdapat catatan bahwa kita adalah EX pemegang paspor nomor sekian. Saya juga langsung diarahkan untuk foto ulang hari itu juga. Untungnya petugas foto ulangnya baik banget (dan ganteng mirip Oka Antara hahaha). Selama proses berlangsung saya diajak ngobrol dan diedukasi agar kedepannya dapat mengambil paspor tepat pada waktu yang ditentukan pada slip pengambilan paspor. Alhamdulillah, paspor pengganti saya hanya jadi 1 hari saja. Saat itu saya urus paspor hari Kamis, selesainya hari Jumat which is hanya 1 hari. Alhamdulillah, kelapangdadaan saya saat disemprot petugas imigrasi ternyata membuahkan hasil. :)

Besoknya, karena saya nggak mau kejadian ini berulang 2 kali, saya bela-belain ambil cuti setengah hari agar bisa langsung ambil paspor pas istirahat siang. Alhamdulillah, dengan hanya menunggu setengah jam sambil duduk manis dengar musik, nama saya dipanggil, dan paspor resmi di tangan saudara saudari! Senangnya kebangetan sih saya, karena urusan paspor ini dari awal udah dimulai dengan drama kali yah. :D

Maka dari itu, ini menjadi lesson learned yang sangat bermanfaat buat saya. Bahwa membuat paspor atau kartu identitas apapun yang berhubungan dengan tanda pengenal resmi adalah hal yang sangat penting. Dilarang keras untuk mengabaikannya. Jadi, jangan contoh saya yang gemar mengabaikan ya. :S

Sekian drama paspor saya ini, semoga bisa menjadi lesson learned bagi teman-teman yang akan mengurus paspor sendiri yaaa.

Yours Truly,

KODILZ

Dilla went to Malay – Thai 2014: Introduction

Halo Assalamualaikum!

Well, nyesel banget ya ternyata nggak pernah mengabadikan momen lewat tulisan. Duuuh. Saya baru sadar sekarang kalau foto aja gak cukup untuk mem back-up semua pengalaman menarik. Sebab waktu gak bisa diulang… hiks hiks.

Okay, sekarang saya berusaha buat susun kembali puzzle memori saya *ciyeh* dan coba mengabadikannya lewat tulisan. Semoga saya masih mampu buat mengingat setiap detail perjalanan saya ya!

Saya akan mulai dari perjalanan saya bersama geng gong jaman kuliah di STT Telkom, IT Telkom, Telkom University ke Malaysia dan Thailand tanggal 27 September – 1 Oktober 2014 yang lalu, Anggie dan Mel. Yippie! Senang banget akhirnya bisa jalan-jalan sama temen kuliah pas kerja. Rasanya gak pernah kebayang, kita bertiga berangkat dari propinsi yang berbeda, janjian di negara orang dan jalan-jalan ke negara orang pula. Saya dari Jakarta, Mel dari Bandung, Anggie dari Batam. Janjian di Kuala Lumpur jam 4 sore hari Sabtu 27 September 2015 *gaya*. Alhamdulillah, masih ada rejekinya buat backpack bareng cewe-cewe kece ini. *senyumlebaaar*

Jadi, semuanya berawal dari randomness Eceu (panggilan kesayangan saya buat Anggie) yang tiba-tiba ngajakin saya ke Bangkok di bulan April 2014 kemarin. Si Eceu dapet info dari Mel si ratu bolang IF kalau AirAsiaGo lagi promo booking hotel gratis tiket pesawat pulang pergi. Waaaah, mendengar yang kayak begitu apa gak bikin kuping panjang dan ambil langkah seribu buat beli tiket? Hehehe. Akhirnya saya susul Eceu dan Mel yang sudah booking tiket duluan buat nimbrung ikutan promo tentunya :D

Hasilnya? Dengan bayar 1,3 juta (setelah dikurskan ke IDR), saya dapat hotel 3 hari 3 malam di Bangkok gratis tiket PP Kuala Lumpur – Bangkok. Sebenarnya ini sudah termasuk mahal karena saya sewa hotelnya sendirian. Kalau ada teman untuk sharing kamar, mungkin saya bisa dapat harga yang lebih murah. Tapi, karena sudah dikomporin habis-habisan sama Eceu dan Mel, saya gak mau gak berangkat. Pokoknya saya harus berangkat juga! Hehehe.

Hello, Bangkok!
sumber foto: ini

Perjuangan belum beres. Saya baru sadar: gimana caranya saya bisa ke Kuala Lumpur dari Jakarta tanpa naik pesawat? Metang-mentang mau hemat terus jalan kaki, gitu? Hahahaha baru sadar. Iya, saya masih harus cari tiket pesawat Jakarta – Kuala Lumpur, kalau bisa, diusahakan sangat, sangat, semurah mungkin. Nah… mumpung masih masa promo Air Asia, sekalianlah saya cari tiket promo rute Jakarta – Kuala Lumpur PP. Lumayan banget, saya bisa dapet murah, hanya 750 ribu Jakarta – Kuala Lumpur PP. Ayey! Jadi kalau ditotal-total saya kena 2 juta untuk keseluruhan tiket dan hotel selama di Bangkok. Ini belum termasuk penginapan di Kuala Lumpur ya, karena kita bertiga berencana stay di Kuala Lumpur agak semalam untuk kenalan sama ibu kotanya negara tetangga yang sudah jauh lebih maju dari Jakarta ini *enough said* J

Tapi kita bertiga baru booking hostel di KL sekitar bulan Agustus *nyantai abis* biarin deh, yang penting udah booking buat ke Bangkok bareng-bareng.

Okay, bookingan tiket pesawat dan hotel sudah di tangan. Tapi saya masih punya peer penting yang super super mandatory yang belum saya beresin: PASPOR! Saat booking kemarin, saya memang agak nekat karena belum punya paspor. Yaa, memang Air Asia nggak mengharuskan customer untuk submit nomor paspor saat membeli tiket perjalanan ke luar negeri. Tapi tetep ajaaa, kalau gak ada paspor saya gak bisa berangkat dong.

Entah bagaimana ya, tapi memang hidup saya udah dibikin banyak dramanya. Bikin paspor aja ada dramanya. Tukar nama di tiket aja ada dramanya. Kasian! Hahaha.

Kira-kira begitulah introduction ke perjalanan saya bersama Eceu dan Mel ke Malaysia dan Thailand. Semuanya random abis dan penuh drama. Tapi kalau gak random, kayaknya kita bertiga gak akan berangkat-berangkat hehehehe.

Sampai jumpa di postingan berikutnya: drama paspor!


Go random go!

xxxKODILxxx

Tuesday, August 18, 2015

Review Vendor Lamaran Dilla - Aldis

Halo Assalamualaikum!

Seperti apa yang saya bilang di postingan sebelumnya. Kali ini saya akan ngebahas vendor yang saya pilih untuk proses khitbah tanggal 1 Agustus kemarin. Semua persiapan untuk lamaran ini saya dan Aldis yang persiapkan bersama. Para orang tua kami menjadi advisor. Alhamdulillah, meskipun mungkin terdapat banyak kekurangan, kami puas dengan apa yang sudah menjadi pilihan kami. :)

Nah, Setelah Papa-Mami setuju dengan tanggal yang Aldis dan orang tua Aldis propose, kita mulai ngider untuk survey nyari vendor di daerah Bogor dan sekitarnya. Kenapa Bogor dan sekitarnya sih? Karena sebenarnya saya lebih familiar sama Kota Bogor ketimbang Depok hehehe. Dari TK sampai SMA sekolah di Bogor, teman-teman pun banyak banget yang tinggal di Bogor. Yaudah deh...

Dan… berdasarkan hasil survey, baca review orang-orang di internet dan nanya sama temen-temen, inilah vendor yang akhirnya kita pilih:


Tenda: Kresna Decoration
Buat orang Bogor, kalau denger kata “tenda” pasti ingetnya Kresna Decoration. Karena dia memang salah satu sepuhnya vendor tenda dan dekorasi di Bogor. Kunjungan kami ke Kresna Decoration sebenarnya tidak sengaja, habis Aldis mengisi workshop di Universitas Pakuan, saya ngajak Aldis meeting untuk ngomongin budget lamaran dan nentuin Vendor, eh setelah meeting ternyata kita masih punya waktu beberapa jam untuk kunjungan ke vendor langsung. Akhirnya kita tentuin buat ke Kresna Decoration. Yah, sebenarnya juga karena Kresna Decoration doang vendor yang buka di hari Sabtu siih, hehehe.

Pas datang ke Kresna Decoration, kami berdua diarahkan untuk menemui bagian Marketing-nya yaitu Mba Lenny. Orangnya baik dan solutif (saya gak pake kata “banget” karena inilah tugasnya orang Marketing yah). Untuk tanya-tanya lebih detail ke Mba Lenny juga bisa lewat SMS, tenang aja, bakal direspon dengan cepat kok.

Dari segi kreasi tenda, Kresna Decoration top markotop… mereka menawarkan beberapa pilihan kreasi tenda, mulai dari yang mewah banget sampai yang simple tapi tetap terlihat elegan. Untuk harga juga cukup budget-friendly sih menurut saya, nah teman-teman bisa main di warna saja jika memilih tenda dengan 1 warna.

Proses deal-deal-an harga saya lakukan bersama si Mami di pertemuan kedua saya dengan Mba Lenny, berhubung si Mami kaaan orangnya jago tawar-menawar banget hehehe. Dan saya berhasil mendapatkan item di bawah ini dengan harga yang cukup kompetitif!
-                 24m2 Tenda Exclusive 1 Color warna merah marun
-                 Kursi Futura denga cover dan pita warna merah marun
-                 Hanging Fan 2 pcs untuk dipasang di tenda
-                 Cooling Fan 1 pcs

Dan, yang membuat saya satisfied dengan Kresna Decoration, mereka cukup siap menghadapi schedule weekend yang padat lho. Acara lamaran hari Sabtu, Mba Lenny request kepada saya untuk pasang tenda sejak hari Rabu karena Kresna banyak acara di weekend.. Untungnya Bapak lagi jadwalnya off di hari Rabu itu, jadi udah ada mandornya deh. :D

Saya hampir tidak menemukan kekurangan Kresna Decoration, ada sih kekurangannya, tapi ini hal yang minor kok.. Yaitu Kresna Decoration kurang teliti menghitung jumlah kursi. Saya berencana sewa kursi 50 pcs dan sudah tercatat saat Kresna Decoration menerbitkan invoice, namun yang datang hanya 46 pcs karena ada kesalahan perhitungan. But it’s okay, untungnya di rumah masih banyak kursi cadangan yang bisa dipakai jadi saat acara berlangsung tamu-tamu tetap kebagian kursi. :)


Catering: Susie Flower
Untuk memilih vendor catering, effort saya gak banyak-banyak amat. Di Bogor, saya sudah percaya banget sama masakan team-nya Tante Yani yaitu Susie Flower Catering. Berhubung catering ini yang keluarga saya pakai pas khitbah Atin dan pernikahan Atin (panggilan ke Kakak saya) 9 tahun yang lalu. Dan, keluarga besar puas banget sama rasa masakannya! Saya sangat merekomendasikan vendor ini karena:


  • Rasa makanan sudah pasti enak banget. Saya sangat rekomen untuk pesan dendeng balado dan zupa soup karena ini super bikin lidah meleleh… hehehe.
  • Dekorasinya bagus dan classy, apalagi pas lamaran saya memilih warna taplak meja maroon dan cream dari Susie Flower, dan  Alhamdulillah, nyatu banget sama warna tenda dan tema lamaran saya yang bernuansa marun, peach, dan ungu.


Untuk menu lamaran, saya pilih menu di bawah ini sesuai dengan rekomendasi Tante Yani, karena menurut Tante Yani menu-menu di bawah adalah best-seller-nya Susie Flower:
-                 Nasi Putih
-                 Ayam Kodok
-                 Dendeng Balado
-                 Sup Buntut
-                 Salad Thailand
-                 Buah-buahan
-                 Puding Coklat dan Karamel
-                 Lasagna

Lagi-lagi, saya nggak kecewa dengan masakannya Susie Flower. Super super delicioso! Malah kalau disebutin minus-nya dimana, saya bingung menyebutnya. Karena Susie Flower mengerjakan semuanya dengan perfecto, mulai dari meja dan dekorasi yang sudah diantar sejak H-2 acara, menu yang datang tepat waktu dan bonus porsi yang banyak :D Tante Yani juga kasih bonus singkong rebus dan kue surabi imut yang rasanya enak-enak juga. Alhamdulillah dapet banyak bonusan :p

Make Up: Tesa Hermanike (Jakarta)
Kyaaa, ini yang bikin saya deg-degan parah! Ada kejadian sedikit “gila”. Tanpa perlu saya ceritakan detailnya lah ya, intinya jam jam 12 malam teng tanggal 1 Agustus, make up artist saya baru fixed! Baru confirmed siapa orangnya. Okay, beruntung banget yah nemu make up artist yang masih bangun jam segitu buat terima orderan saya lewat LINE, bikin tegang hehehe. Namanya Mbak Tesa Hermanike, saya memang sudah follow Mbak Tesa di Instagram @tesa_hermanike_makeup. Menurut hasil yang saya lihat di Instagram, make up nya simple, flawless, bikin tirus namun tetap bikin mangling lho.Oh iya, Mbak Tesa ini kuliahnya jurusan Cosmetology Universitas Negeri Jakarta. Bingung kan? Nah saya juga bingung ternyata ada jurusan itu di Indonesia. hehehe. *gaknyambung*

Nah, berhubung Aldis sukanya sama make up natural dengan warna lipstick nude *ciyeciye* akhirnya saya request ke Mba Tesa untuk didandani senatural mungkin untuk acara lamaran ini. :D

Dan memang iya terbukti, Mbak Tesa berhasil membuat saya yang kucel urakan jadi lady dengan alis cetar membahana berkat sentuhan Anastasia Beverly Hills Dip Brow Pomade lengkap dengan lipstick nude MAC Kinda Sexy hahaha *tetep*





Saya sangat merekomendasikan Mbak Tesa untuk make up lamaran, kondangan, siraman, atau special occasion lainnya yang membutuhkan make up natural look. Kalian bisa lihat hasil tangan ajaibnya di account Instagram @tesahermanike_makeup. Kalau mau tanya Price List, bisa langsung email saya yaa.


Kira-kira itulah list vendor beserta review yang saya pakai ketika lamaran. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang akan lamaran, mungkin? Hehehe. Foto-foto menyusul ya teman-teman, berhubung belum saya pindahkan dari handphone. Hehehe.

Punya rekomendasi vendor untuk daerah Bogor, Depok dan sekitarnya? Ikutan share yuk!


Yours truly,
Leila Fadilla


Monday, August 10, 2015

Got engaged!

Halo!

Seperti biasa, Dilla kalau posting pasti angin-anginan deh. Lama menghilang ngapain aja ya? Kok Dilla lama menghilang, kemana ya? *kayak ada yang nyariin aja gitu* :p


Jadi ceritanya, Dilla got engaged.

(hah???)


Hahahaha. Saya juga bingung mau mulai dari mana ceritanya.

Jadi, singkatnya begini. Bulan Februari kemarin, seorang teman baik ngenalin saya sama temannya, Aldis. Iseng-iseng aja sih, kata si teman: "kalau cocok lanjut, kalau enggak yaudah nambah teman.". Sebenarnya timing-nya gak tepat waktu itu, karena pas lagi jaman-jamannya saya nggak kepikiran sama sekali tuh buat kenalan sama laki dan di otak saya saat itu juga cuma pengen sekolah keluar negeri titik hehehe. Jadi saya nggak punya ekspektasi berlebihan pas kenalan.

Habis kenalan dan ngobrol-ngobrol lewat Whatsapp, hmmm anaknya kok seru ya buat ngobrol yang aneh-aneh, obrolan yang agak mikir buat ngejawabnya dan obrolan tentang point of view sesuatu. Lama-lama saya sadar, ternyata untuk ukuran dua orang yang baru kenalan *ciye*, saya dan Aldis teryata gak butuh waktu lama ya untuk mengenal masing-masing. Menurut saya saat itu Aldis juga anaknya humble dan enak banget diajak berkomunikasi - mungkin karena he has good knowledge kali ya. Sampe-sampe, saking nyamannya ngobrol sama Aldis, topik pembicaraan kami waktu baru kenal udah nyerempet-nyerempet ke pandangan hidup *ciye lagi*, visi berkeluarga dan bagaimana misi diri kita masing-masing untuk membangun keluarga itu. Berat yeee, obrolan kita berasa “sok tua” waktu itu. *ini geli sendiri nulisnya*

Tapi pada dasarnya saya emang nggak mau sembarangan kenal sama laki dan deket ama laki gitu lho sekarang. Semacam trauma kali ya, males kenalan sama orang baru terutama ngejalanin proses pendekatannya itu. Saya aja pernah bilang sama diri sendiri, pokoknya gak mau deket sampai nikah sama stranger, maunya sama yang sudah kenal deket alias teman sendiri! *garis keras* tapi saya sedikit menyesal bilang seperti itu karena seolah-olah sudah mendahului Allah. Karena kenyataannya sekarang, malah didekatkan sama stranger :p

Selain itu, saya juga sedang belajar tentang bagaimana mendefinisikan orang yang kita butuhkan, jangan sampai si laki sudah terlalu jauh berperasaan sama kita tapi ternyata belum bisa menjawab kebutuhan kita. Saya ingat betul Pak Bos di kantor pernah bilang, kita harus bisa definisikan kebutuhan kita walaupun kita gak tau kapan akan ditunjukkan jodohnya. Saya pun mengamini pernyataannya, ya, minimal kita bisa jelaskan yang bagaimana yang kita mau di dalam doa-doa kita supaya didekatkan dengan kebutuhan kita tersebut, insya Allah. Jadi kalau kenal orang baru yang nggak sesuai dengan yang kita butuhkan, mending gak usah dilanjutin deh daripada sakit hati.

Gak perlu lama-lama buat saya dan Aldis untuk memutuskan akan mengenal masing-masing lebih jauh. Tiga April, Aldis mengutarakan niatnya untuk menjalani hubungan yang lebih serius dengan Saya. Hmmm. Saya pun sempat shocked karena jarak antara kami kenalan sampai akhirnya memutuskan untuk serius deket banget. Ketemu juga belum sepulu kali. Udah gitu saya tinggal ke jalan-jalan juga 10 hari-an, lama kan? hehehe. Tapi pas Aldis bilang "Dil, aku mau serius.", saya langsung skimming review gitu tentang sosok Aldis. Apakah itu gerangan yang bikin saya bilang OK sama dia?

Adalah... Al tipe orang learning. Tipe orang yang kerap melakukan continous improvement, rajin kontemplasi, rajin muhasabah, apalagi yah... yah rajin introspeksi diri lah. Sementara saya? anaknya keras kepala, sok pinter, sok ideal, berasa paling bener sedunia dan gak bisa dibilangin sama orang yang gak saya panut. Pada dasarnya saya tipe orang learning juga sih *pembenaran*, tapi kekurangannya, banget, saya hanya learning untuk sesuatu yang saya benarkan. Huhuhu sedih ya. Sehingga saya butuh sosok learning yang bisa lihat sesuatu dari berbagai sudut pandang untuk bisa menyadarkan saya. Dan, Al berhasil melakukan itu sebelum saya suka beneran ama dia!

Udah gitu... Saya pernah ngobrol tentang bagaimana sih strategi mendidik anak-anak nantinya... supaya anak disiplin, rajin ibadah, dan sebagainya. Yah saya bilang aja kalo saya gak mau sembarangan, saya harus bisa perlakukan anak sesuai usia dan positioning sesuai usianya, bla bla bla.. Nah, saya pikir kan dia bakal ak uk ak uk hmmm doang tuh dengerin saya ngoceh tentang nanti mau gimana, bakal gak paham sama apa yang saya diskusikan. Eh ternyata... dia bahas tentang Bapak Durhaka. Panjang lebar Al ngejelasin tentang konsep Bapak Durhaka yang bakal dia hindarin banget. Intinya, Al gak mau jadi Bapak yang gak punya kontribusi apa-apa dalam mendidik anak nantinya. Siapa sih yang gak melting disuguhin sama pria berkonsep dan berprinsip kayak begitu? hahahahaha. Okay, you made it again, Al. Saya luluh beneran kali ini. Saya kalah.

See, saya nggak define dia dengan hanya bilang dia baik, perhatian, dan ngemong. Menurut saya itu aja nggak cukup sih. Yang kayak begitu udah kayak kacang goreng. Banyak! Dan.. atas dasar alasan di atas itu lah, saya memberanikan diri buat ngejalanin yang lebih serius sama Aldis. :)

Aldis bilang, kasih waktu enam bulan untuk dia bisa kenal saya lebih jauh dan melangkah ke hubungan yang lebih serius lagi.

Tapi.


Ternyata...


Tujuh belas Mei, Aldis melamar saya. Di parkiran mobil Gedung Sasana Kriya, pas pernikahannya Dep sepupu saya.

Sungguh, ini super gerak cepat, dan gak ada romantis-romantisnya hahaha.

Saya pikir saat Aldis melamar saya, someday saya akan dibawa candle light dinner di sebuah restoran roof top di Jakarta sambil dikasih surprise bunga ala-ala – like he did beberapa minggu sebelumnya, ngirim bunga mawar segambreng ke kantor. :D

In fact, saya dilamar di parkiran mobil tanpa kata-kata sayang dan cinta di dalamnya. Tapi inilah yang tepat. Saya butuh komitmen. Untuk itu saya percayakan komitmen saya untuk Aldis.

Tiga belas Juni, Aldis mengutarakan niat baiknya untuk meminang saya kepada kedua orang tua saya. Alhamdulillah, orang tua saya menghargai niat baik Aldis serta rencana Aldis untuk datang membawa keluarganya untuk proses khitbah resmi pada tanggal 1 Agustus.

Dan.. Satu Agustus, we got engaged! Alhamdulillah acara berlangsung dengan lancar dan hikmad, walaupun sedikit ada kendala mati listrik di siang bolong, sehingga acara dimulai tanpa sound system - untung tamunya gak begitu banyak. Namun demikian, saya tetap bersyukur dengan plus minus yang ada. Alhamdulillah.


Sebelum saya selesaikan blog ini, ada beberapa nasihat Papa dan Papanya Aldis yang insya Allah akan selalu saya ingat dalam perjalanan saya menuju pernikahan, dan mungkin jadi bekal buat saya dan Aldis di kehidupan setelah pernikahan nanti (aamiin).

Marriage is about to build commitment, to communicate and to respect each other. – Papa Dilla to Aldis

There is no domination in marriage life. It’s all about team work. – Papa Dilla to Dilla

Shalat, doa dan sabar adalah senjata terampuh dalam menghadapi situasi apapun. – Papa Aldis to Aldis

Dari beberapa pilihan, pilihan terakhir yang terbaik. Pertahankan itu apapun tantangannya dan sama-sama solid. – Papa Aldis to Aldis

Well, mohon doanya ya teman-teman. Semoga seluruh persiapan kami lancar, semoga Allah membantu kami mewujudkan rencana pernikahan kami. Semoga Allah membukakan pintu kebaikan kepada kami sebanyak-banyaknya, insya Allah. Aamiin.

Okay, di postingan berikutnya saya akan memberikan review mengenai vendor yang kita ajak kerja bareng pas lamaran. Semoga bisa jadi ide atau referensi buat teman-teman semua ya.



Salam hangat,
Dilla