Tuesday, August 25, 2015

Dilla went to Malay – Thai 2014: Drama Paspor

Hai Assalamualaikum!

Yak! Seperti judulnya, saya mau berbagi derita drama ketika saya mengurus paspor di tahun 2014 kemarin. Sebenernya nggak bakalan curhat menye-menye sih, tapi lebih ke berbagi pengalaman mengurus paspor. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang akan mengurus paspor sendiri ya.

Sumber gambar: thejakartapost.com


Saya akan berangkat dari lesson learned-nya dulu. Yaitu: jangan sekali-kali terlambat ambil paspor kamu lebih dari sebulan pas udah jadi, atau paspor kamu bakal digunting-gunting sama petugas imigrasi!

Jadi ceritanya, April 2013 saya sudah memulai proses pembuatan paspor. Saya state memulai karena paspornya belum saya ambil sampai bulan Juni 2014. Hahahaha gila yah. Waktu itu saya urus online dan tanpa calo di Kantor Imigrasi Kelas II Kota Depok, lokasinya di dalam Komplek Grand Depok City (warga Depok pasti sudah paham betul dengan GDC). Ada juga sih keuntungan urus dengan registrasi secara online terlebih dahulu, nantinya antrian kita akan terpisah dari antrian yang mengurus paspor biasa, secara yang tahu informasi urus paspor online baru segelintir orang, jadi antriannya lebih sedikit dan check list perintilan lebih cepat diselesaikan karena sudah kita upload terlebih dahulu di website Imigrasi. Untuk proses lainnya tidak berbeda dengan urus paspor pada umumnya, yaitu foto - bayar di Bank - hari Jumatnya jadwal ambil paspor deh.

Awalnya saya berniat mengurus paspor supaya punya akses ke Singapore pas saya mengunjungi Eceu ke Batam nanti. Ternyata, paspor saya belum jadi sampai dengan hari keberangkatan ke Batam. Duh.

Akhirnya rencana berubah total. Saya dan Eceu gak jadi ke Singapore, hanya keliling-keliling Batam selama 4 hari.. Buru-buru yang sangat useless... :(

Pulang dari Batam, kerjaan membludak banget! maklum, saat itu status saya adalah anak agency penuh dedikasi yang posisinya nggak punya back to back di kantor. Sedih ya. *curhat* akhirnya pengambilan paspor tertunda lagi... lagi... dan lagi.

Sempat juga saya titipkan slip pengambilan paspor ke Mami, barangkali Mami mau bantu ambil paspor saya hehehe, tapi kan ibu-ibu mah sibuk banget ya. saya juga nggak mau memaksakan Mami untuk mengambil paspor saya tepat waktu. Yang walaupun in the end jadinya nggak diambil juga sih sama Mami. :(

Bulan Juni, Juli, Agustus, September, sampai akhirnya bulan Juni lagi tapi tahunnya 2014 dan saya belum juga mengambil paspor itu. Sementara saya sudah beli tiket ke Bangkok dan ke Jepang untuk keberangkatan tiga bulan kemudian. Ya, mau nggak mau saya harus urus paspor segera. Bisa gak bisa ambil pokoknya harus dipaksa ambil kalau kalau nggak sempat lagi seperti tahun lalu!

Akhirnya dengan modal nekat, nggak mencari tahu dan berasumsi kalau paspor saya masih tersimpan manis di Kantor Imigrasi Depok, saya datang ke Kantor Imigrasi dengan membawa slip pengambilan paspor. Saya kumpulkan di tempat pengambilan paspor tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pura-pura cuek, pura-pura bodoh...

dan tibalah nama saya dipanggil. DANG!


P: “Ibu tahu kalau paspor ibu dibuat tahun 2013? Kenapa tidak diambil?”

D: (lah kenapa saya dimarahin) “Tahu, Pak. Mohon maaf saya baru sempat ambil sekarang.”

P: (sambil memperlihatkan paspor saya yang sudah dalam keadaan digunting-gunting) “Ok, ini sekarang paspor Ibu sudah kami gunting-gunting karena sudah tidak diambil lebih dari sebulan. Oleh sebab itu sekarang Ibu ke ruangan yang disana untuk foto ulang ya Bu. Ini sudah prosedurnya demikian.” – dengan muka petantang-petenteng.

D: (LAAH GALAK BANGET INI PETUGASNYA, petantang petenteng pula mukanya. sambil sedih melihat paspor saya yang sudah digunting-gunting) “Siap Pak.” – Karena butuh, ya udahlah disewotin sama orang diem aja, padahal mah di dalam hati dongkol banget hiks. Lagian saya juga gak mentaati prosedur yang berlaku di lingkungan Kantor Imigrasi sih, jadi yaaa siap-siap aja deh. :(

Akhirnya saya tanyakan bagaimana solusi untuk paspor guntingan seperti itu: apakah buat baru? atau mengganti bukunya saja tanpa harus membayar lagi?

Jadi, ternyata kita diarahkan untuk membuat paspor baru, namun di bagian belakang paspor terdapat catatan bahwa kita adalah EX pemegang paspor nomor sekian. Saya juga langsung diarahkan untuk foto ulang hari itu juga. Untungnya petugas foto ulangnya baik banget (dan ganteng mirip Oka Antara hahaha). Selama proses berlangsung saya diajak ngobrol dan diedukasi agar kedepannya dapat mengambil paspor tepat pada waktu yang ditentukan pada slip pengambilan paspor. Alhamdulillah, paspor pengganti saya hanya jadi 1 hari saja. Saat itu saya urus paspor hari Kamis, selesainya hari Jumat which is hanya 1 hari. Alhamdulillah, kelapangdadaan saya saat disemprot petugas imigrasi ternyata membuahkan hasil. :)

Besoknya, karena saya nggak mau kejadian ini berulang 2 kali, saya bela-belain ambil cuti setengah hari agar bisa langsung ambil paspor pas istirahat siang. Alhamdulillah, dengan hanya menunggu setengah jam sambil duduk manis dengar musik, nama saya dipanggil, dan paspor resmi di tangan saudara saudari! Senangnya kebangetan sih saya, karena urusan paspor ini dari awal udah dimulai dengan drama kali yah. :D

Maka dari itu, ini menjadi lesson learned yang sangat bermanfaat buat saya. Bahwa membuat paspor atau kartu identitas apapun yang berhubungan dengan tanda pengenal resmi adalah hal yang sangat penting. Dilarang keras untuk mengabaikannya. Jadi, jangan contoh saya yang gemar mengabaikan ya. :S

Sekian drama paspor saya ini, semoga bisa menjadi lesson learned bagi teman-teman yang akan mengurus paspor sendiri yaaa.

Yours Truly,

KODILZ

Dilla went to Malay – Thai 2014: Introduction

Halo Assalamualaikum!

Well, nyesel banget ya ternyata nggak pernah mengabadikan momen lewat tulisan. Duuuh. Saya baru sadar sekarang kalau foto aja gak cukup untuk mem back-up semua pengalaman menarik. Sebab waktu gak bisa diulang… hiks hiks.

Okay, sekarang saya berusaha buat susun kembali puzzle memori saya *ciyeh* dan coba mengabadikannya lewat tulisan. Semoga saya masih mampu buat mengingat setiap detail perjalanan saya ya!

Saya akan mulai dari perjalanan saya bersama geng gong jaman kuliah di STT Telkom, IT Telkom, Telkom University ke Malaysia dan Thailand tanggal 27 September – 1 Oktober 2014 yang lalu, Anggie dan Mel. Yippie! Senang banget akhirnya bisa jalan-jalan sama temen kuliah pas kerja. Rasanya gak pernah kebayang, kita bertiga berangkat dari propinsi yang berbeda, janjian di negara orang dan jalan-jalan ke negara orang pula. Saya dari Jakarta, Mel dari Bandung, Anggie dari Batam. Janjian di Kuala Lumpur jam 4 sore hari Sabtu 27 September 2015 *gaya*. Alhamdulillah, masih ada rejekinya buat backpack bareng cewe-cewe kece ini. *senyumlebaaar*

Jadi, semuanya berawal dari randomness Eceu (panggilan kesayangan saya buat Anggie) yang tiba-tiba ngajakin saya ke Bangkok di bulan April 2014 kemarin. Si Eceu dapet info dari Mel si ratu bolang IF kalau AirAsiaGo lagi promo booking hotel gratis tiket pesawat pulang pergi. Waaaah, mendengar yang kayak begitu apa gak bikin kuping panjang dan ambil langkah seribu buat beli tiket? Hehehe. Akhirnya saya susul Eceu dan Mel yang sudah booking tiket duluan buat nimbrung ikutan promo tentunya :D

Hasilnya? Dengan bayar 1,3 juta (setelah dikurskan ke IDR), saya dapat hotel 3 hari 3 malam di Bangkok gratis tiket PP Kuala Lumpur – Bangkok. Sebenarnya ini sudah termasuk mahal karena saya sewa hotelnya sendirian. Kalau ada teman untuk sharing kamar, mungkin saya bisa dapat harga yang lebih murah. Tapi, karena sudah dikomporin habis-habisan sama Eceu dan Mel, saya gak mau gak berangkat. Pokoknya saya harus berangkat juga! Hehehe.

Hello, Bangkok!
sumber foto: ini

Perjuangan belum beres. Saya baru sadar: gimana caranya saya bisa ke Kuala Lumpur dari Jakarta tanpa naik pesawat? Metang-mentang mau hemat terus jalan kaki, gitu? Hahahaha baru sadar. Iya, saya masih harus cari tiket pesawat Jakarta – Kuala Lumpur, kalau bisa, diusahakan sangat, sangat, semurah mungkin. Nah… mumpung masih masa promo Air Asia, sekalianlah saya cari tiket promo rute Jakarta – Kuala Lumpur PP. Lumayan banget, saya bisa dapet murah, hanya 750 ribu Jakarta – Kuala Lumpur PP. Ayey! Jadi kalau ditotal-total saya kena 2 juta untuk keseluruhan tiket dan hotel selama di Bangkok. Ini belum termasuk penginapan di Kuala Lumpur ya, karena kita bertiga berencana stay di Kuala Lumpur agak semalam untuk kenalan sama ibu kotanya negara tetangga yang sudah jauh lebih maju dari Jakarta ini *enough said* J

Tapi kita bertiga baru booking hostel di KL sekitar bulan Agustus *nyantai abis* biarin deh, yang penting udah booking buat ke Bangkok bareng-bareng.

Okay, bookingan tiket pesawat dan hotel sudah di tangan. Tapi saya masih punya peer penting yang super super mandatory yang belum saya beresin: PASPOR! Saat booking kemarin, saya memang agak nekat karena belum punya paspor. Yaa, memang Air Asia nggak mengharuskan customer untuk submit nomor paspor saat membeli tiket perjalanan ke luar negeri. Tapi tetep ajaaa, kalau gak ada paspor saya gak bisa berangkat dong.

Entah bagaimana ya, tapi memang hidup saya udah dibikin banyak dramanya. Bikin paspor aja ada dramanya. Tukar nama di tiket aja ada dramanya. Kasian! Hahaha.

Kira-kira begitulah introduction ke perjalanan saya bersama Eceu dan Mel ke Malaysia dan Thailand. Semuanya random abis dan penuh drama. Tapi kalau gak random, kayaknya kita bertiga gak akan berangkat-berangkat hehehehe.

Sampai jumpa di postingan berikutnya: drama paspor!


Go random go!

xxxKODILxxx