"Masih terngiang di telingaku…"
eh itu mah lagunya Ike
Nurjanah deh. Ketahuan banget ya waktu kecil ikutan dengerin simbak dangdutan.
HEHEHEHE.
Iya, masih terngiang bagaimana perjalanan kami menuju ke
Ayutthaya dimulai. Kebalikan hari sebelumnya, hari itu Bangkok terasa panas dan
berudara lembab – inilah cuaca Bangkok yang sebenarnya, mirip sekali dengan
Jakarta tapi sedikit lebih “judes”. Pukul delapan pagi kami keluar dari hotel
menuju Stasiun Hualampong menggunakan taksi – ya, taksi. Lupa-lupa ingat juga
alasan kami naik taksi apa secara judul perjalanan kami kan “backpacking ceria”,
mungkin waktu itu kami mau menghemat waktu (karena bus kota di Bangkok tak
ubahnya di Jakarta, bobrok dan gak ada jadwalnya)? Atau gak mau kepanasan? Entahlah,
yang pasti kami memutuskan untuk naik taksi ke stasiun.
Sampai di stasiun, kami langsung menuju ke loket pembelian
tiket. Loket di stasiun Hualampong – yang merupakan stasiun terbesar di Bangkok
– ternyata seperti loket tiket di Indonesia zamannya masih ada kereta ekonomi,
belum terkomputerisasi. Tiket masih menggunakan kertas yang nantinya akan
diceklek (pakai pembolong kertas, persis dengan di Indonesia dulu) sama petugas
kereta api on duty. Okay, plus one untuk Indonesia yang masih lebih canggih ya. :)
Kami membeli tiket kelas 3 seharga 15 baht atau kalau
dirupiahkan seharga enam ribu rupiah. MURAH BANGET untuk ukuran kereta antar
kota antar provinsi. Menurut Google Maps, jarak Stasiun Hualampong – Stasiun Ayutthaya
adalah 81 km, sekitar dua pertiga perjalanan Jakarta – Bandung yang kalau
ditempuh naik kereta ekonomi butuh merogoh kocek tiga puluh ribuan rupiah! Wow.
Murah.. ya, murah. eh tapi gak mau seneng dulu deh. Please, jangan seneng dulu. Kita harus
lihat bagaimana kondisi kereta kelas tiganya Thailand. Hehehe.
Informasi jadwal keberangkatan kereta melalui pengeras suara
di Stasiun Hualampong disampaikan menggunakan dua Bahasa, yaitu Bahasa Thailand
dan Bahasa Inggris. Kami cukup terbantu dengan hal ini mengingat Bahasa
Thailand kok yo seperti bahasa planet, bener-bener gak ada kata serapannya. Kami
langsung menuju peron yang dimaksud. Dan. Tahukah kamu seperti apa keretanya? Yes,
keretanya persis dengan kereta ekonomi di Indonesia, gak ada bedanya. Malah
pandangan subjektifku bilang ini kereta lebih kumuh dari kereta ekonomi
Indonesia karena kucel banget seperti nggak pernah dibersihkan. Jadi wajar aja
deh kalau kita hanya bayar segitu untuk dapat kereta dengan fasilitas yang
segitu-gitunya juga. Terlepas dari fasilitasnya yang seadanya, kami
bahagia-bahagia aja karena Thailand menyediakan fasilitas transportasi yang “backpacker
friendly”.
Ada sebuah kejadian yang bikin kami terkaget-kaget (banget).
jadi ceritanya, ini kereta jalannya pelaaan banget. kayaknya hanya 30-40 km/jam
deh, sehingga kemungkinan waktu tempuh Bangkok – Ayutthata menjadi 2 jam yang
semula munurut Google Maps adalah 90 menit ( ditambah jadwal keberangkatan
kereta dari Stasiun Hualampong pun terlambat setengah jam). Tiba-tiba, kereta
berhenti di tengah-tengah perjalananan dan bukan berhenti di stasiun. Berhentinya
cukup lama. Terus kami disuruh pindah kereta sama petugas kereta api, yang kami
pun nggak tahu alasan pindah keretanya kenapa karena saat itu doi
menjelaskannya dengan Bahasa Bangkok (aku ra mudeng, suer).
Kami dan para
penumpang yang notabene rata-rata turis mancanegara turun aja gitu dengan
langkah gontai setelah itu nangkring di pinggir rel kereta api sambil
panas-panasan, duh. Untungnya, beberapa menit kemudian, nestapa kami di pinggir
kereta api terobati dengan kedatangan kereta pengganti yang, kayaknya sih,
kelasnya naik dari yang awalnya kami tumpangi. Punya feeling kalau kami memang
nggak punya pilihan, kami naiki kereta pengganti itu sambil mengucap syukur Alhamdulillah,
interior dalam keretanya lebih manusiawi dari yang pertama kami tumpangi.
Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih 45 menit, sekitar
pukul sebelas siang, kami sampai di Stasiun Ayutthaya. Cuaca agak mendung saat
itu, tapi tidak menghalangi semangat kami untuk muterin Ayutthaya. Dari stasiun
kami jalan kaki menyeberangi sungai Chao Phraya menggunakan perahu kelotok kemudian
menyewa sepeda seharga 100 baht atau kalau dirupiahkan seharga empat puluh ribu
rupiah. Lumayan murah untuk ukuran sewa sepeda seharian. Sewa sepeda tersebut
sudah termasuk kunci gembok sepedanya (walau kami tetap merasa Thailand tidak
begitu aman, jadi mending dijagain aja ya sepedanya).
Daaan, inilah hasil jepretan selfie kami selama muter-muter di Ayutthaya
Historical Park! Maaf ya minim foto, karena sudah diamankan di lokasi lain. :(
 |
Di depan the famous Buddha, Wat Mahathat |
 |
Di Wat Mahathat versi Selfie! |
 |
Cuaca dan puunnya pada bagus-bagus, sih. Beginilah kelakuan gadis-gadis dua puluh lima tahun liat yang bisa #nofilterphoto |
 |
Agaiiin. |
Dari sekian banyak komplek candi yang tersebar di Ayutthaya
Historical Park, kami hanya mengunjungi 3 komplek candi terbaik, yaitu Wat
Mahathat, Wat Phra Ram, dan Wat Rachabunara. Selain karena rutenya yang mudah
(karena kami cewek bertiga ini sejujurnya takut nyasar dan gak bisa balik ke
Bangkok hehehe), kami juga harus siapin stamina untuk belanja oleh-oleh di MBK
Center.
Alasan lain yang bikin kami memutuskan gak berlama-lama di Ayutthaya
adalah… kami mabok candi dan kuil! Hahaha. Iya, bayangin aja kiri kanannya candi
lagi, kuil lagi, begitu saja terus. Jadi kalau menurut kami sightseeing sambil
sepedaan juga udah puas banget kok, kecuali teman-teman ada yang ingin hunting
foto sepuasnya ya. Jadiii silahkan diperhitungkan waktu jalan-jalannya yang efektif
dan efisien seperti apa dan tentunya sesuai dengan tujuan masing-masing.
Pukul setengah tiga sore, kami menyudahi perjalanan kami dan
segera bertolak ke stasiun Ayutthaya. Saat mengembalikan sepeda, ternyata ada
fasilitas charge HP gratis dan WiFi gratis pula, yesss, jarang-jarang ada yang
gratisan di Bangkok (seriusan). Lumayan, sambil istirahat lima belas menitan di
tempat penyewaan sepeda kami bisa ngintip hape.
Hal yang perlu diperhatikan kalau jalan-jalan di Thailand
adalah… jangan lupa bawa minum yang banyak ya. disini kami minim lapar, tapi
sangat sangat tersiksa dengan lembabnya cuaca Thailand jadi akan selalu merasa
kepanasan dan kehausan. Selama di Ayutthaya kami tahan untuk tidak makan, tapi
tidak untuk minum. Di pemberhentian terakhir, kalau tidak salah Wat Phra Ram,
kami memutuskan untuk membeli es kelapa muda, es durian, dan air mineral saking
kepanasannya. Kalau tidak minum air kelapa mungkin kami tidak akan mungkin bisa
melanjutkan perjalanan ke Bangkok. :D
 |
See you when I see you, Ayutthaya! |
Sesampainya di Stasiun Hualampong, ternyata hujan lebat
sekali… akhirnya ada alasan untuk kembali naik taksi untuk menuju MBK Center,
hehehehehe. Padahal tempatnya dekat sekali dengan Stasiun Hwalampong, hanya 2
km-an. Berarti ada untungnya juga Bangkok diguyur hujan hari ini.
Menurut pengelihatan kami, MBK itu bentuknya seperti Mall
yang dikombinasikan dengan ITC kalau di Jakarta. Karena di 4 lantai pertama
isinya adalah gerai-gerai outlet dan di lantai 5 isinya pusat oleh-oleh
Thailand. Lagi-lagi karena tenaga yang sudah low battery dan budget yang minim,
kami langsung cabut ke lantai 5 yang tampangnya beneran deh, ITC banget! di
lantai 5 ini kita bisa belanja sambil nawar lho, jadi pas banget kalau kesini
jangan lupa keluarkan jurus tawar-menawar saat belanja di Mangga Dua atau
Thamrin City, ya. mbak-mbak jualannya juga jago bahasa Indonesia, saking
seringnya menghadapi customer orang Indonesia. Sampai-sampai ada juga orang
Indonesia yang buka lapak disini. Lol :))))
Be honest, barang-barang di Bangkok super murah namun
kualitasnya oke punya… nggak heran kalau banyak online shop di Indonesia yang
menjual kembali barang Bangkok berkualitas bagus lalu harganya di-mark up
berkali-kali lipat. Di Bangkok kamu bisa mendapatkan sarung sutra untuk
kondangan dengan harga seperlimanya harga di Indonesia, begitu juga dengan
kaos-kaos band (yang ternyata produsennya di Bangkok yaa), dan barang-barang embroidery
yang halus dan mulus khas Bangkok seperti baju, tas, dan lain sebagainya, itu murah banget. Nggak heran kalau Bangkok disebut sebagai Surga Belanja sama buibuk.
Pukul setengah sembilan malam, usai sudah perjalanan kami
hari ini.. dan saatnya kembali ke daerah kekuasaan kami di malam hari, Khaosan
Road. Taruh tentengan sebentar di hotel, kemudian kami keluar lagi untuk beli
makan malam dan tiket travel menuju bandara untuk penerbangan siang kami di
esok hari.
Kayak gimana, sih ELF ala Bangkok? Ada ceritanya juga ini…
hahaha. Stay tuned, ya!