Rehat Sejenak.
Pernah nggak sih tiba-tiba kita kontemplasi? Kontemplasi yang tidak diniatkan terjadi. Kontemplasi yang mengalir begitu saja hanya karena melihat hal kecil yang tiba-tiba melintas di depan kita, kemudian kita berucap, ya Allah ternyata efeknya begini, ya...~ alhamdulillah.
Saya baru saja mengalaminya.
Semalam ketika sudah memasuki jam tidurnya, seperti biasa saya mengajak Zaid untuk mematikan lampu kamar. Tiba-tiba Zaid bilang, “Bu, lampunya dinyalain aja, ya.”
“Lho, dimatiin aja, Sayang. Kalau lampunya dinyalain, nanti bobonya Zaid nggak nyenyak lho,” ujar saya.
“Okay, Ibu. Lampunya dinyalainnya pas udah bangun aja, ya.”
Tanpa tantrum, tanpa marah-marah.
Tanpa tantrum, tanpa marah-marah.
Masya Allah, saya tidak menyangka Zaid bisa menerjemahkan bertutur positif dan persuasif yang saya terapkan kepadanya untuk hal-hal selain larangan, maksudnya selain yang saya ajarkan kepadanya untuk dia hindari, di usianya yang menginjak 2 taun 6 bulan. Anak-anak, benar-benar perekam ulung yang tidak pernah saya bayangkan bisa segininya, sebelumnya.
Kemudian Zaid termenung (dia kalau mau tidur memang termenung dulu agak lama kemudian baru merem) kemudian tertidur pulas.
Jujur, saya dan Bapak Zaid adalah tipikal orang tua yang tidak bisa sering berlembut-lembut di depan Zaid. Ini kekurangan kami yang haruuusss pelan-pelan diperbaiki. Namun, kami juga bukan orang tua yang galak sama Zaid, yang gemar melarang Zaid. Melarang sebisa mungkin kami hindari sedari Zaid lahir. Ya, sedari Zaid lahir, ketika kami berbicara dengannya, kami saling berjanji untuk selalu menggunakan kalimat positif dan persuasif untuk melakukan hal-hal apapun. Seberusaha itu kami menghindari kata "Jangan" dan "Nggak boleh". Kalau tidak ada urgensinya, kami tidak akan mengucapkan kata-kata itu.
Seperti “Zaid, gimana kalau nggak usah main listrik? Zaid lihat, kan, di buku Sali, Sali tersengat listrik saat bermain kabel. Nggak enak, lho, tersengat listrik itu. Ibu pernah dan Ibu kaget sekali.” Kemudian setelahnya Zaid meninggalkan kabel dan bermain yang lain.
Di lain waktu, ketika Zaid ketahuan sama saya sedang bermain kabel, dia bilang sendiri sama saya “Ibu, Zaid nggak main kabel, ya. nanti kesetrum kayak Sali, lho.” Kemudian dia pergi meninggalkan kabel dan mencari mainan yang lain. Ya, meskipun situasinya dia sedang ketahuan bermain kabel sama saya, namun Zaid sudah merekam sebuah larangan dengan cara yang positif sehingga dia bisa berinisiatif untuk meninggalkan apa yang dilarang sama Ibunya, tanpa perlu melihat ibunya “ngegas”. Begitu juga untuk hal-hal lain.
Ya, meskipun ada kalanya Zaid tidak bisa dikasih tau, saya pun ada kalanya belum bisa sabar, Bapak Zaid juga ada kalanya belum merendahkan suara ketika berbicara, tapi hal kecil inilah yang membuat saya percaya bahwa kami bisa bekerja sama dengan baik untuk menumbuhkan kebiasaan positif yang memiliki efek jangka panjang untuk keluarga kami.
Bertutur positif dan persuasif.
Ah, hal-hal seperti ini yang selalu membuat saya bersyukur dan berusaha untuk upgrade diri… upgrade diri yang tidak melulu karena melakukan kesalahan, tapi upgrade diri karena paling tidak sudah berusaha menerapkan hal positif yang dampaknya sudah terasa. Terima kasih ya Allah, sudah memberi kesempatan untuk membiasakan diri menerapkan hal kecil positif di lingkungan keluarga kami. Pe er kami memang masih banyaaak sekali untuk pembiasaan positif seperti ini, tapi betapa hal kecil yang Kau berikan kesempatannya kepada kami, memiliki dampak yang begitu besar untuk keluarga kami di kemudian hari.
Teruntuk anakku Zaid, mari belajar bersama untuk selalu bertutur positif ya, Nak.
Bapak Zaid, mari berusaha menerapkan kebaikan kecil lainnya di keluarga kita ya, Pak.
Fin.