Halo Assalamualaikum!
Eh, saya masih punya hutang menulis hari kedua dan ketiga Malay – Thai Trip 2014 ya? Maafkeun, karena satu dan lain hal, saya pending dulu ya. *padahal karena dokumentasi pada tercecer entah kemana dan sibuk ngurus perintilan persiapan nikah*
Akhir-akhir ini saya disibukkan dengan aktivitas persiapan pernikahan. Maklum, saya dan si calon hanya punya waktu 6 bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Jangan kaget kalau baca “hanya 6 bulan”, “trend” persiapan pernikahan di Jakarta memang butuh range waktu yang panjang terutama masalah venue pernikahan. Saya dan calon bisa siap-siap dalam waktu segitu singkatnya juga sudah Alhamdulillah, hahaha.
Rasanya…
Bagaimana rasanya mempersiapkan pernikahan? Hmmm, pertama, SERU! Mulai dari menentukan venue, catering, dekorasi dan wardrobe, fotografi dan yang lainnya, semuanya seru banget. mungkin pada dasarnya saya memang tipe anak yang suka KEPO (knowing every particular object) jadi kalau saya disuruh cari tahu mana yang bagus, punya reputasi baik, dan affordable, dengan senang hati saya akan ngubek-ngubek di social media atau blog-blog yang ngebahas review vendor-vendor pernikahan.
Perlukah WO?
Dalam masa persiapan, saya gak begitu rush dengan perintilan pernikahan karena saya memutuskan untuk menggunakan jasa Wedding Organizer (WO). Beberapa teman bilang “Dil, daripada pakai WO, mending uangnya dialokasikan ke perintilan yang lain, deh.” Tapi dengan waktu persiapan yang lumayan tight, rasanya gak mungkin untuk gak pakai WO. Beside, di “D-Day”, saya ingin keluarga dan kerabat terdekat bisa menyaksikan akad nikah dan menikmati walimahan tanpa punya tanggung jawab ngurus ini-itu. Buat saya, WO itu ibarat personal assistant yang mengingatkan perintilan-perintilan tak terduga. Emang, sih, biasanya kalau habis meeting sama WO kepala jadi pusing karena sedertan to-do-list ini belum itu belum langsung ter-raise-up. Mending pusingnya sekarang daripada nanti! Ya kan?
Tradisional vs Kekinian
Saya sangat mengimpikan pernikahan tradisional sejak kecil. Setiap datang ke akad nikah atau resepsi pernikahan kerabat, saya selalu disuguhkan dengan pemandangan Aesan Gede, pakaian adat khas Sumatera Selatan yang membuat saya semakin kepengen menggunakan pakaian tersebut. Maka, ketika D-Day is about to come, saya gak banyak pikir, langsung memilih adat Sumatera Selatan sebagai adat yang akan saya gunakan. Alhamdulillah, sang calon juga memiliki darah Sumatera Selatan sehingga tidak ada masalah yang berarti saat memilih adat.
Pernikahan simple nan kekinian memang saat ini menjadi tren. Kakak saya sempat memberi masukan untuk membuat resepsi pernikahan dengan tema outdoor party. Hmmm, sayangnya, saya tetap menginginkan kekentalan budaya Sumatera Selatan di dalam ruangan yang nyaman. Jadi, untuk saat ini, menjadi penikmat foto-foto outdoor wedding party yang bersebaran di social media sudah cukup buat saya.
So, siapakah di antara kamu yang sudah mempersiapkan pernikahan dari jauh-jauh hari?
Apakah kamu akan menggunakan WO atau mempersiapkan segala sesuatunya sendiri?
Pilih tradisional atau kekinian?
Berbagi pengalaman, yuk, teman-teman!
Xoxo,
DillaZilla