So,
Never imagined before that there's someone who is still excited to listen to my stories day by day... Keep asking me how way your day, everyday.
Never imagined before that he also told me how his day, how exciting his life was and put his caring on our conversation.
And it happens everyday, since we know each other. We didn't meet yet.
He is smart. You know, smart person always steals my heart.
Handsomeness is relative.. :D
Our topic is wide enough, we never run out of idea.
But,
Still, I will never put any expectation on him. My fearness leaves a message to me.
"Ku terpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Ku harap kau tahu bahwa ku
Terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah ku slalu didekatmu"
Raisa - Jatuh Hati
Bogor, 21 Februari 2015. 12:56
Friday, November 13, 2015
It's All Beyond My Expectation
It's all beyond my expectation to finally know you with this way.
It's all beyond my expectation to know you as a kind and humble person.
It's all beyond my expectation to know you that you're as warm as a cup of coffee.
But,
I don't know whether you are still beyond my expectation or not... if you are not the answer of my prayers.
O Allah,
Let me meet my other half.
If he is far away, let him be close to me.
If he is close to me, let us unite.
If we are united, please guide us to Your Destiny.
February 16, 2015. 10.57
It's all beyond my expectation to know you as a kind and humble person.
It's all beyond my expectation to know you that you're as warm as a cup of coffee.
But,
I don't know whether you are still beyond my expectation or not... if you are not the answer of my prayers.
O Allah,
Let me meet my other half.
If he is far away, let him be close to me.
If he is close to me, let us unite.
If we are united, please guide us to Your Destiny.
February 16, 2015. 10.57
Dilla went to Malay - Thai 2014: Beautiful Bangkok Day 2
“Stop this train, I want to get off and go home again…
I can’t take the speed
it’s moving in…
I know I can’t…
But, honestly, won’t
someone stop this train…?”
Lagu Stop This Train milik John Mayer sayup-sayup mengiringi
suara hujan yang terdengar dari kamar hotel saat saya terbangun dari tidur
malam yang lumayan nyenyak – saking capeknya. Ya, ternyata pagi ini Bangkok
diguyur hujan yang cukup deras, sehingga membuat jalanan di sekitar hotel kami
agak becek – tidak jauh berbeda dengan di Jakarta saat setelah hujan airnya
menggenangi lubang jalan. Oleh sebab itu, kami putuskan untuk tidak terlalu
terburu-buru berangkat melancong. Kami tunggu hujan agak reda sambil sarapan di
lantai dasar hotel.
Tujuan pertama kami hari ini adalah Wat Pho yang dikenal
sebagai Candi Budha tempat bernaung patung ikonik The Reclining Buddha. Jarak
antara Khaosan Road dan Wat Pho tidak terlalu jauh, hanya 2,4 km, sehingga
kalau mau berhemat masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Berhubung setelah
hujan cuaca mendadak cerah, kami putuskan untuk mencapai Wat Pho dengan
berjalan kaki sambil menikmati udara pagi Bangkok yang sangat lembab – lebih
lembab dari Jakarta.
Coret-coretan lucuk di dekat Khaosan Road |
Patung Gajah di persimpangan jalan menuju Wat Pho |
Detailnya... imut-imut. |
Satu yang menurut saya berkesan selama saya berada di
Bangkok: saya suka sekali dengan trotoarnya yang lebar-lebar! Rata-rata trotoar
di Bangkok memiliki lebar 2-3 meter. Ini tentunya membuat para pejalan kaki
merasa nyaman untuk berjalan kaki menikmati pemandangan kota Bangkok. Jika di
Indonesia kamu menemukan pedagang kaki lima yang “gak bisa lihat trotoar
nganggur”, disini kamu juga akan menemukannya, tapi sebatas di trotoar yang jaraknya
sangat dekat dengan obyek wisata. Paling tidak, dengan fasilitas trotoar yan
super lebar ini saya tidak merasa terganggu atau mengganggu lapak pedagang kaki
lima yang besar lapaknya tidak seberapa itu.
Saya pikir, Bangkok akan mirip dengan Jakarta setelah hujan;
langit akan mendung, sesekali petir dan kilat memperlihatkan eksistensinya.
Nyatanya tidak. Setelah hujan, Bangkok menjelma menjadi kota yang super panas dan
super lembab! Berjalan kaki menuju Wat Pho saja sudah membuat kaos basah dan
hampir dehidrasi. Beruntungnya, kami menerima kenyataan bahwa beli tiket masuk Wat Pho gratis air mineral! Alhamdulillah, kayaknya pengelola obyek wisata di Thailand paham banget kalau disini super super panas. Plus plus-nya juga, di Wat Pho ada fasilitas air siap minum gratis, jadi kami
tidak perlu beli air mineral lagi, lagi, dan lagi… *backpacker kelas bawah super hemat*
Harga tiket masuk Wat Pho adalah 100 Baht atau sekitar empat puluh ribu rupiah. Ini harga yang cukup relevan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Thailand dalam rangka melestarikan kuil seindah ini. Banyak sekali ornamen-ornamen berlapis emas yang, pastinya, butuh effort lebih dalam merawatnya.
Harga tiket masuk Wat Pho adalah 100 Baht atau sekitar empat puluh ribu rupiah. Ini harga yang cukup relevan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Thailand dalam rangka melestarikan kuil seindah ini. Banyak sekali ornamen-ornamen berlapis emas yang, pastinya, butuh effort lebih dalam merawatnya.
Setelah puas memanjakan mata dengan pemandangan stupa-stupa
nan cantik di Wat Pho, kami bertolak ke Grand Palace yang lokasinya
bersebelahan dengan Wat Pho. Sebenarnya, sih, Wat Pho dan Grand Palace masih
satu distrik yang terpisah dengan jalan raya. tetapi karena pintu masuk Grand
Palace ada di bagian utara komplek (sementara pintu masuk Wat Pho ada di
selatan Grand Palace), jadilah kami harus “muterin” Grand Palace.
Di beberapa blog yang saya baca sebelum traveling, tidak sedikit blogger yang memberikan warning untuk berhati-hati saat berada di wilayah Grand Palace, karena banyaknya scam yang siap-siap tipu-tipu. Modusnya, sih, dengan bilang kalau Grand Palace tutup dan sang scam akan mengajak kita jalan-jalan ke kuil lain -- padahal dia bakal ajak kita ke toko perhiasan. Tapi, lagi-lagi kita bertiga nggak disamperin scam selama disana (boro-boro ketemu dan ditawarin, ngerti sama bahasanya aja enggak :D)
Grand Palace adalah tempat bersejarah yang sarat akan nilai budaya *beneran*. Perlu diketahui bahwa warna emas yang banyak kita temui pada bangunan-bangunannya merupakan sepuhan emas beneran yang butuh biaya maintenance yang nggak sedikit. Salut sama Kerajaan Thailand yang menaruh perhatian penuh sama bangunan bersejarah yang mereka punya, dan salut juga sama resiko perawatan bangunan yang sudah siap mereka emban!
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 saat kita selesai muter-muter Grand Palace. Laper banget, pastinya. Keluar dari Grand Palace, kami berencana untuk ke Wat Arun yang terletak di seberang Sungai Chao Praya. Untuk mengakses Wat Arun, kami harus menyeberangi Sungai Chao Praya naik Cross River Ferry dari Tha Tien Pier (nama pelabuhan perahu di dekat Wat Pho). Di bagian luar Tha Tien Pier ada Pasar yang didominasi oleh penjual santapan khas Thailand dan buah-buahan. Tanpa pikir panjang, kita-kita langsung melipir cari makan sebelum nyeberang ke Wat Arun.
Entah kenapa kalau lagi jalan-jalan jauh pasti males makan. Pasti. Walaupun kita ngerasa lagi lapar. Kalaupun makan ya porsinya tidak sebanyak kalau lagi nggak jalan-jalan *apa sih*. Intinya, entah karena hemat atau karena memang tidak kepengen, saya dan Genggong hanya memesan Kue Srikaya 1 porsi dan Mango Sticky Rice alias nasi ketan pake mangga 1 porsi, buat bertiga. Sedikit, kan, porsinya? Alhamdulillah kenyang, sih. Sayang, penampakan hasil wisata kuliner kita di Tha Tien Pier gak sempat saya capture karena ga sabar pengen makan (1) dan baterai handphone ludes (2).
Selesai makan, ketika akan bertolak ke Wat Arun, tiba-tiba hujan turun. Yak! Gagal deh nyeberang ke Wat Arun. Kita bertiga juga tidak mau ambil resiko dengan hujan-hujanan kesana. Bisa gawat kalau kondisi tubuh tidak fit saat lagi berada d negara orang. Walau dengan berat hati, kami putuskan untuk tidak menyeberang dan mengisi waktu dengan muterin pasar nyari jajanan lucu dan murah meriah. Not bad, soalnya banyak pemandangan unik di pasar ini. Akhirnya perhatian kita tertuju pada durian monthong yang bertebaran di setiap sudut pasar. Okay, jajan durian lagi deh seperti pas di Kuala Lumpur. Tidak hanya buah durian saja yang kami cicip disini, kami juga cicip buah nanas Bangkok (kalau kata orang Indonesia) yang manis banget banget dan cicip buah mangga juga. Bukan mangga harumanis sih, tapi segarnya tidak tergantikan oleh mangga-mangga yang ada di Indonesia, menurut saya. :)
Ternyata cara menikmati Wat Arun tidak harus dengan "nyeberang". Saat di perjalanan pulang ke hotel, kami melipir di sebuah taman di pinggir sungai Chao Praya. Saya lupa nama tamannya. Di taman itu kami bisa melihat pemandangan Wat Arun dari seberang saat petang tiba, dihiasi dengan cahaya matahari tenggelam nan indah. Pemandangan yang luar biasa dan lumayan membantu melepas lelah lebih cepat (asik).
Pardon those noises. Wat Arun on Sunset. |
Wat Arun dari seberang Sungai Chao Praya |
Puas dengan pemandangan yang indah dan lelah yang sudah released, kami putuskan untuk pulang ke hotel dan mempersiapkan jalan-jalan hari keempat: AYUTHTAYA! :)
Kalau punya cerita Bangkok yang bisa di-share disini, monggo, lho, teman-teman. :)
Salam jalan-jalan random,
Leila Fadilla
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Halo Assalamualaikum! Seperti apa yang saya bilang di postingan sebelumnya. Kali ini saya akan ngebahas vendor yang saya pilih untuk pro...
-
Hai Assalamualaikum! Yak! Seperti judulnya, saya mau berbagi derita drama ketika saya mengurus paspor di tahun 2014 kemarin. Sebenernya...
-
Catatan: bukan endorsement, murni review. :) Belakangan ini, banyak artikel di Internet yang menggadang-gadangkan Gentle Birth dan Hypno...