Saturday, July 29, 2017

Anti-mainstream Japan Trip 2015: Perintilannya

Aloha!
Walau terkesan agak terburu buru dan seperti dikejar deadline, saya akan mencoba mengubek ubek memori saya akan perjalanan dua tahun yang  lalu ini. Ceritanya harus masuk direkam! Setelah kemarin menjelaskan mengenai itinerary Japan Trip saya, tibalah saatnya saya nyicil perintilan yang harus disiapkan sebelum melakukan perjalanan ke Jepang. Ini dia garis besarnya.

Visa
Untuk membuat visa Jepang, seperti yang sudah kita tahu, sangatlah mudah, selama kita menaati aturan yang berlaku. Saat itu saya harus membuat visa karena paspor saya masih paspor lama, belum e-paspor. Karena kalau sudah punya e-paspor teman-teman bisa berangkat ke Jepang tanpa visa, tapi tetap harus lapor ya. Enak kaaan.

Pertama-tama, yang perlu disiapkan adalah foto paspor.
Mau gampang? Kalau kamu tinggal di Jabodetabek, kamu cukup datang ke studio foto Adorama (kalau tidak salah ada di Menteng dan Kemang, saya kurang tahu cabangnya ada dimana lagi), terus bilang “Mas/Mbak, saya mau foto untuk paspor Jepang.” Setelah itu kita akan difoto dengan background sesuai kebutuhan visa Jepang dan dicetak sesuai dengan ukurannya. Saya sendiri waktu itu fotonya di Adorama Kemang, karena memang dekat dari kantor sih, hehehe. setelah itu tunggu sekitar 30 menit dan foto lengkap dengan softcopy di CD pun berhasil kita kantongi.

Selanjutnya, saya mengunjungi website Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia mengenai jenis-jenis visa Jepang (http://www.id.emb-japan.go.jp/visa.html), kemudian klik poin nomor 4 Visa Kunjungan Sementara untuk Kunjungan Wisata dengan Biaya Sendiri. Jangan lupa untuk periksa wilayah yurisdiksi pembuatan visa sesuai dengan domisili di kartu identitas ya (bisa dicek di http://www.id.emb-japan.go.jp/conind.html).

Udah deh, tinggal baca selengkap-lengkapnya, download dokumennya, dan lengkapi sesuai dengan persyaratannya. Perlu saya akui bahwa Jepang ini sangat procedural dalam menjelaskan perintilannya, tapi juga mudah dimengerti sehingga pembuat visa tidak dibuat kebingungan dengan instruksi yang dijabarkan.

Oh iya, saat membuat visa Jepang kita diminta untuk melampirkan informasi yang berhubungan dengan rencana perjalanan, salah satunya adalah kesiapan kita dari segi finansial saat berangkat ke Jepang berupa bukti rekening koran selama 3 bulan terakhir. Tetapi, persyaratan itu tidak berlaku untuk kamu yang bekerja di BEI, pegawai BUMN, karyawan dari perusahaan yang bekerja sama dengan Jepang, karyawan perusahaan Joint-Venture Jepang-Indonesia, PNS, atlet internasional, serta seniman. Jadi santai ajaaa kalau kamu adalah salah satu dari yang disebut tadi :DD

Wawancara juga hanya ditanya “mau ngapain?” ya sesuai dengan visa yang diajukan dong, mau jalan-jalan ke Jepang, hehehe. jika sudah selesai wawancara dan menyerahkan berkas lengkap, kita hanya diminta menunggu pembuatan visa selama kurang lebih 4 hari kerja dan pihak kedutaan akan menginfokan kapan visa bisa diambil. Selesai.

JR Pass (yang hanya bisa dibeli bila Visa sudah di tangan)
Kalau visa sudah di tangan rasanya lega sekali ya. kita sudah bisa one step ahead deh, persiapannya. Contohnya untuk saya yang akan beli JR Pass. JR Pass memang baru bisa dibeli kalau kita sudah punya visa Jepang – itu dia syarat utamanya :DD saya membeli JR Pass di JALan Tour – tahun 2015 belum banyak travel agent yang menjual JR Pass, tidak seperti sekarang yang bahkan sudah bisa dibeli di sebuah situs belanja online. Standar, sih. Saya pilih tipe JR Pass Ordinary, atau nama lainnya unreserved seat, dimana kita gak akan mendapatkan kursi di gerbong prioritas, jadi kalau Shinkansen-nya ramai, ya kita akan berdiri di gerbong unreserved sampai dengan gerbongnya lowong atau ada tempat duduk kosong. Tenang saja, kita tidak akan selelah itu berdiri di Shinkansen karena keretanya nyaman banget. lebih nyaman dari naik pesawat sekalipun. Tidak terasa seperti di dalam kereta di Indonesia, lho. Serius!

Untuk harga, tiket Ordinary ini dibanderol dengan harga 29,110 Yen atau bila dirupiahkan menjadi 3,2 jutaan. Cukup hemat untuk saya yang akan melancong hingga ke Hokkaido!

Modem WiFi
Reservasi modem Wifi untuk ngenet ini tugasnya teman se-trip saya, Welly. Welly melakukan pemesanan modem Wifi yang diambil di bandara tempat kami landing dan take off nanti, Kansai International Airport, Osaka. Lagi-lagi, tahun 2015 belum ada penyewaan modem di Indonesia seperti yang sekarang ini banyak tersebar, hehehe. jadi Welly melakukan reservasinya di Jepang langsung. Modem yang kami sewa berkapasitas internet 10 GB, dipakai ramai-ramai sesuai dengan nomor handphone yang didaftarkan. Kalau tidak salah, biaya sewanya 500 ribu rupiah, termasuk murah untuk harga modem di tahun 2015 ya. mungkin sekarang ada yang lebih murah?

Packing Baju
Tidak ada long coat keren nan kekinian berbahan wool yang saya bawa ke Jepang, karena perjalanan kami ini judulnya backpacking (tapi bawa koper kabin? Banci, deh. Hahaha). Kalau bisa bawa bajunya yang seringan mungkin deh, mengingat saya hanya bawa koper kabin dan tas ransel berkapasitas 35 liter yang sudah penuh dengan makanan bekal! Di Jepang saya banyak mengandalkan jaket panjang berbahan parasut, syal berbahan wool, dan long john. Perlu diketahui bahwa setiap kota di Jepang bisa saja memiliki cuaca dan iklim yang berbeda-beda. Waktu kesana, suhu Osaka 3 dercel, suhu Kyoto 1 dercel, suhu Tokyo 10 dercel, dan suhu Sapporo -1 dercel serta bersalju padahal di kota lain sudah mulai musim semi :D

Banyak atau tidaknya baju yang kita bawa juga bisa disiasati dengan fasilitas hotel tempat kamu menginap, apakah ada mesin laundry koin? Kalau ada mungkin bisa jadi alternatif menghemat bawaan baju.

Packing Makanan
Nah, berhubung judulnya jalan-jalan hemat, saya tidak mau sok-sok-an mau jajan fancy selama di Jepang. Saya siasati dengan ngebekal makanan-makanan yang tahan lama seperti rendang, abon sapi, dan sambel tempe untuk disana. Saya juga tidak membohongi diri sendiri dengan tidak jajan makanan Jepang sama sekali. Sangat ingin. Tapi keterbatasan budget membuat saya mesti pintar pintar mengatur menu makan. Saya juga prefer masak nasi sendiri, telur sendiri, dan sushi sendiri. Nah ini, kan, bisa dibeli di supermarket Jepang tanpa harus pergi ke restoran mahal. Rasanya? Sama enaknya, sama segarnya, dijamin!

Next: Anti-mainstream Trip to Japan 2015: Day 1 Perjalanan Berangkat ke Osaka, bismillah semoga niat menulis!

Cheers,

Kodil

Tuesday, July 25, 2017

Anti-mainstream Japan Trip 2015: Itinerary

Setahun lebih yang lalu saya pernah post tenang list tulisan yang perlu saya catat di blog ini. Sebenarnya sih udah basi banget ya, tulisan tentang Japan Trip 2015, ya ampun it’s been 2 years and I am now a mother bahkan, tripnya saja sudah dilakukan sebelum tahu jodoh saya siapa, hahaha. Yasudahlah ya, toh kata The Upstairs, yang terekam tak pernah mati. Jadi saya akan menulis ini bukan karena saya harus cerita kalau kemarin saya habis dari Jepang, tapi supaya kelak saya bisa ingat dan berbagi ke Zaid dan mungkin adik-adiknya, kalau masa muda Ibunya dihabiskan buat jalan-jalan ngalor ngidul, salah satunya ke Jepang. In some part, I want my chidren to feel the experience of being single and happy like this. :D

Disini saya akan berbagi itinerary saya selama di Jepang. For your information, tahun 2015 itinerary saya ini tuh anti mainstream banget lho, sampai saya berani pasang judul seperti itu, hehehe. Iya, perjalanan saya ini ada “Sapporo”-nya, via perjalanan darat dan belum ada line Shinkansen ke Sapporo kayak sekarang *bangga*. Dulu-dulu kalau sedang blog walking rasanya jarang membaca perjalanan turis Indonesia ke Sapporo, rata-rata perjalanannya Tokyo – Osaka – Kyoto – paling banter yang lagi “in” tuh ke Shirakawa-go atau ke Fuji. padahal mereka juga pakai fasilitas JR 7-day pass lho, yang bisa naik Shinkansen dari ujung ke ujung Jepang. jadi rasanya kok sayang sekali bila tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin sampai ke ujung-ujungnya Jepang gitu ya. Bagusnya sekarang di Jepang sudah ada line Shinkansen menuju perfektur Hokkaido, dengan harga 7 day pass yang sama! Tanpa kenaikan tarif! Asyik banget untuk menjelajah Jepang! Manfaatkan ya, teman-teman.

Sayangnya waktu saya pas ke Jepang sangat terbatas seperti biasa terbentur di cuti, kalau enggak sih saya jabanin main sampai ke Okinawa, deh!

So here we go, my itinerary!



Itinerary ini saya susun kurang lebih selama 6 bulan. Bulan pertama sampai ketiga, saya mengumpulkan keinginan teman-teman trip, pada pengen kemana sih selama di Jepang? Awalnya kami mau ke Tokyo saja. Iya, karena kepentok budget dan dulu masih berpikir yang namanya JR PASS itu muahal. Tapi setelah berpikir berulang kali; Hello it's Japan, yes it is! Puas-puasin deh, daripada menyesal dan gak punya waktu untuk balik lagi kesana. Sekalian aja mainnya yang jauh-jauh. Akhirnya 3 bulan sebelum keberangkatan, kami reschedule tiket pesawat yang semula hanya 5 hari di Jepang jadi 10 hari di Jepang dan memutuskan untuk menggunakan JR PASS untuk lintas kota dan perfektur. Untungnya, kami menggunakan penerbangan AirAsia dan book tiket menggunakan aplikasi AirAsia di HP, sangat gampang sekali untuk reschedule penerbangan, udah gitu harga tiketnya masih murah aja... *bukan iklan*.

Bulan keempat saya cek rute perjalanan dalam kota yang mungkin bisa ter-cover dengan JR line, jadi bisa gratisan; harga tiket masuk daerah wisata yang akan dikunjungi; serta finalisasi budget. Untuk itinerary di atas, kami menghabiskan budget kurang lebih 10 jutaan, sudah termasuk JR PASS. Jadi hitungan kasarnya saya bawa uang cash yen sebesar 7 jutaan ketika berangkat. Bisa hidup antar kota? Bisa. Ini sudah pulang lagi, sudah kewong, dan sudah punya anak. Hehehe.

Sembilan puluh persen perjalanan saya di Jepang persis dengan itinerary ini, berhasil terealisasi. Memang ada beberapa destinasi yang kami batalkan karena, ehm, kami semua kehabisan tenaga. Hahahaha. Tidak bisa dipungkiri memang gobyos banget rasanya jalan-jalan dengan itinerary sepadat di atas. Tapi ya namanya juga di negeri orang, kalau kenapa-kenapa siapa yang mau bantu kita-kita? 

Paling senang dimana?
Jujur, Kyoto is the best city I've ever visited in Japan. Walaupun kotanya dingin karena berada di atas bukit, tapi orangnya baik dan ramah-ramah. Banyak street food. Photogenic sekali. Kemana-mana enak banget buat sightseeing deh, Kyoto tuh. Dan kota ini termasuk kota yang lumayan santai jika dibandingkan dengan Tokyo, yang menurut saya, amit-amit banget buru-burunya. Walaupun lumayan santai, transportasi bus yang jadi moda utama di Kyoto ini juga tepat waktu, lho. Urusan on time sih jangan ditanya ya, Jepang juaranya.

Apa suatu hari akan ke Jepang lagi?
Definitely Yes!
Beberapa yang sangat ingin saya kunjungi adalah Okinawa, kota dimana salah satu aliran karate tradisional, Shotokan, lahir *yang ini saya niat banget pengen kunjungi secara retired karateka haha*; Fujikyu Highland; dan sangat ingin ke perfektur Hokkaido untuk kedua kalinya! Semoga ada kesempatan untuk jalan-jalan ke Jepang lagi ya.


Sekian dan terima feed back nya,
Kodil