Thursday, October 12, 2017

Anti-mainstream Japan Trip 2015: [Day 1] Osaka

Sembilan Maret, saya masuk kerja setengah hari karena sorenya akan berangkat ke bandara. Sebenarnya boarding time pesawat kami 20.35, tapi karena siangnya saya harus ke IALF Kuningan, makanya saya memutuskan untuk ambil cuti setengah hari, biar agak nyantai. Pukul tiga sore saya sudah kembali ke kost-an, mandi ((ini penting banget karena mungkin aja 24 jam ke depan nggak akan mandi :D))), periksa barang-barang saya untuk mastiin nggak ada yang tertinggal, dan hubungin Aboy untuk menjemput saya. Saya dijemput dengan teman trip yang juga teman kantor saya, Aboy, untuk ke rumahnya dan akan diantar dengan supir pribadinya ke bandara. Woo hoo banget ini sih buat budget traveler, secara berarti saya gak perlu keluarin budget untuk transportasi ke bandara :)) dan alhamdulillah banget semesta mendukung, tol menuju bandara nggak macet sama sekali, jadi Pasar Minggu - Bandara Soekarno Hatta kurang dari sejam saja, dan sekitar pukul 5 sore kami sudah duduk manis di Terminal 2 keberangkatan internasional.

Saya memilih untuk nggak beli bagasi untuk keberangkatan ke Jepang ini karena saya pikir toh bawaan saya nggak bakalan heboh-heboh amat hahaha. Nggak taunya ya Allah berat bangettt berat sama makanan tapinya :)))) bayangkan saja, saya dibekali rendang 1 kg, abon, sambal goreng tempe 1 kg, belum lagi perintilan cemilan lainnya hahaha. makanya saya jadi agak khawatir nih mungkin aja kan bawaan saya akan dicegat pihak imigrasi bila dibawa ke kabin.

Akhirnya setelah kita semua kumpul lengkap (saya, Aboy, Aray, Unad, Welly) dan lagi ngobrol-ngobrol, saya baru inget kalau cuma Welly yang flight nya beda sendiri. Dia akan ke Jepang dengan maskapai Garuda Indonesia dan tau kannn kalau Garuda Indonesia punya fasilitas free baggage? Nah... Makanya langsung kepikiran untuk nitip bagasi di dia dan "nembak" langsung nanya sama dia hahaha. Untungnya setelah saya rayu-rayu Welly mau dititipin bagasi, jadi ketika naik pesawat saya hanya bawa tas ransel berisi bahan makanan dan jaket tebal dan tas selempang kecil berisi dompet, handphone, powerbank, serta kartu identitas.

Menurut saya yang hampir 24 tahun tidak merasakan long flight, penerbangan ke Osaka ini merupakan salah satu yang paling melelahkan. Nggak bisa dipungkiri bila kenyamanan sangat memegang andil bila sedang dalam penerbangan panjang. Sehingga kalau kamu punya uang agak lebih, boleh juga untuk mencoba maskapai non low cost carrier atau mungkin mencicipi kelas bisnis? Tapi alhamdulillah "gejolak kawula muda" saya berhasil mengalahkan capeknya long flight, apalagi pas kelihatan pemandangan Bandara Kansai Osaka saat mau landing. Hore akhirnya menginjak negeri matahari!

Proses imigrasi berjalan dengan lancar, hampir tidak ada kesulitan yang berarti saat keluar dari bandara. Namun kami agak lama menunggu Welly padahal waktu keberangkatan kami nggak jauh berbeda. Ternyata lamanya bukan karena pesawat delay atau transitnya lama ya, tetapi karena insiden "nitip koper" saya kemarin itu. Jadi saat screening barang, Welly ditahan sama pihak Bandara Kansai karena kedapatan membawa koper wanita wkwkwk mungkin karena hasil screening nya kelihatan ada "bra"-nya kali ya jadi dianggap koper yang tertukar. Welly ditahan lama banget dan disuruh menghubungi saya untuk memvalidasi kepemilikan koper tersebut, kalau memang koper itu milik temannya Welly hahaha. Duh. Akhirnya saya nyusulin Welly dan mencoba menjelaskan ke petugas imigrasi bahwa koper tersebut adalah benar milik saya. Saya tunjukkan bahwa sayalah yang memiliki akses password koper tersebut hingga pihak Bandara percaya dan Welly berhasil lolos screening. Case closed. Berkelana pun dimulai.

Berhubung selama 3 hari ke depan itinerary kami adalah mengelilingi Osaka dan Kyoto dan baru akan mengaktifkan JR Pass di hari keempat, maka untuk menghemat ongkos transportasi, di Bandara kami langsung beli Kansai Thru Pass. Kansai Thru Pass adalah tiket terusan yang bisa digunakan untuk naik kereta, subway, dan bus di area Kansai yang meliputi Osaka, Kyoto, Nara, dan Kobe. Ada dua pilihan Kansai Thru Pass, 2 day pass seharga 4,000 yen (setara 400,000 rupiah) dan 3 day seharga 5,600 yen pass (setara 560,000 rupiah). Kami memilih menggunakan 3 day pass untuk keliling Osaka dan Kyoto tiga hari ini. Cukup worth to buy untuk teman-teman yang akan menghabiskan waktu agak lama di area Kansai atau berencana jalan-jalan ke banyak destinasi.

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Dari Bandara, kami bertolak ke Backpacker Hostel Toyo untuk check in dan selonjoran sebentar sebelum jalan-jalan ke komplek Osaka Castle. Naik apa ke hotelnya? Nyasar gak ya? Nggak usah takut kesasar disini. Cukup ikutin aja instruksi Google Maps, tandemin pake modem yang sudah disewa, dan tubuh tinggal mengikuti kemana kaki melangkah. Hehehehe. Suwer deh, anti worry banget kalau jalan-jalan ke Jepang. Trust me.

Saya akan review sedikit mengenai pengalaman menginap kami di Backpacker Hostel Toyo. Hostel ini terletak di daerah Nishinari dengan akses jalur commuter Stasiun Shin Imamiya dan Stasiun Dobutsuen-Mae. Dari kedua stasiun tersebut kami cukup berjalan sejauh 400 meter untuk mengakses Backpacker Hostel. Namun, untuk akses menuju tempat-tempat wisata memang agak jauh, misalnya kalau kami mau ke Osaka Castle, kami harus berganti commuter sebanyak 2 kali dan menghabiskan waktu di perjalanan kurang lebih 20 menit. Tapi tidak masalah buat kami karena harga kamarnya yang sangat miring. Untuk keamanan wilayah hotel ini sendiri, kami baru tahu kalau wilayah Nishinari termasuk wilayah yang nggak aman di Osaka. Semacam lokalisasi gitu lah. Tapi untungnya kami kemana-mana selalu bareng, jadi nggak begitu khawatir dan memusingkan wilayah penginapan kami ini. Untuk fasilitas kamar, kami merasa kamar yang kami dapatkan melebihi ekspektasi. Kamar kami cukup luas (sekitar 3 x 3 meter) dan dilengkapi dengan penghangat ruangan. Fasilitas kamar mandi sendiri juga sangat bersih meskipun kami memilih tipe kamar mandi shared bathroom untuk menghemat akomodasi. Oh iya, hotel ini juga dilengkapi dengan chilled room atau ruang santai layaknya hostel-hostel terkenal, tapi kami tidak sempat menikmatinya karena pulang ke hotel terlalu larut dan sudah kelelahan.



Rute perjalanan kami hari ini adalah Osaka Museum of History - Osaka Castle - Osaka Castle Park - Dotonbori - Hotel. Tapi kami skip ke Osaka Museum of History karena takut ketiduran di dalam museum, hahaha. Enggak sih, sebenarnya karena menghemat energi saja, karena kami sudah tidak sabar ingin melihat Osaka Castle dan mekarnya pohon plum di Osaka Castle Park. Alhamdulillah pas kami ke Osaka Castle, tempatnya lagi nggak begitu ramai, jadi kita bisa foto-foto dengan leluasa dan alay dengan leluasa :)))) tapi sayang aja, sih, menurut saya pribadi ya, Osaka ini tidak sebersih apa yang saya bayangkan. Ketika kami sedang mengitari Osaka Castle, kami menemukan cukup banyak sampah, bekas tissue, dan bekas makanan bertebaran. Tapi positive thinking saja, sih, mungkin petugas kebersihannya belum melakukan inspeksi rutin berkala yang dilakukan di jam-jam tertentu itu kali ya.

Setelah kami menggila bersama - mulai dari foto di antara pohon plum bermekaran, makan es krim Glico di terowongan subway Osaka ((yang berujung pilek selama jalan-jalan, nyesel abis!)), Ke Dotonbori, foto di depan patung Glico, again makan es krim di suhu 5 derajat celcius (ini sih namanya nyari penyakit), pukul 22:00 kami kembali ke Hotel untuk beristirahat dan packing untuk kepindahan ke Kyoto besok.

Sepertinya waktu sehari semalam di Osaka memang nggak cukup ya. Jadi kota ini nggak begitu berkesan buat saya. Tapi ada juga hal yang menarik yang saya perhatikan dari Osaka, yaitu kehidupan anak mudanya yang begitu "hidup" #eaaa. Saya sih pas di Osaka nggak ngerasa kayak di Jepang, tapi ngerasa kayak di Bandung hahaha. Orang-orang jalannya santai, nggak terburu-buru seperti yang saya liat di Internet (yang kayaknya itu di Tokyo deh), jadi kalau ada kesempatan ke Jepang lagi, saya akan eksplor wilayah Kansai lebih pol-polan, terutama Osaka.

Finally, blog tentang hari pertama saya menginjakkan kaki di Osaka kelar juga. Next saya akan bahas tentang Kyoto yang superrr cantik dan superrr ramah. 



Cheers,
Kodil