Friday, February 23, 2018

Anti-mainstream Japan Trip 2015: [Day 2] Kyoto; Kiyomizu Dera and The Hanging Veranda

Empat belas Maret. Setelah kami istirahat dan sightseeing ke beberapa must visit place-nya Osaka, keesokan harinya kami check out dan bertolak ke Kyoto. Walaupun sudah masuk musim peralihan, ternyata suhu Osaka masih stabil di 5 derajat celcius pagi ini, jadi kami banyak memindahkan pakaian dingin dari koper ke tas ransel. Kami masih bisa toleransi suhu tersebut, namun angin di Osaka cukup kencang dan lumayan menusuk sehingga turis-turis negara tropis seperti kamu harus lebih prepare. Hehehe. 

Kami masih menggunakan fasilitas Kansai Thru Pass untuk menempuh perjalanan dari Osaka ke Kyoto. Kalau lihat di Google Maps, sebenarnya jarak Osaka - Kyoto ini seperti Jakarta - Bogor, hanya ditempuh selama 1 jam-an naik kereta commuter. Bedanya hanya di kepadatan commuter-nya saja, sih, dimana commuter Osaka - Kyoto itu lengang banget, hahaha. Saking lengangnya, satu gerbong bisa kita gunakan bebas, karena selama perjalanan dari Osaka ke Kyoto isinya cuma kita doang. Mungkin commuter yang kami gunakan ini bukan jalur favorit, ya, makanya jadi sepi begitu.

Karena gembolan kami cukup banyak, maka kami kepikiran untuk langsung menuju tempat menginap untuk titip koper. Barangkali aja ada kebaikan dari Resepsionis Khaosan Kyoto Guesthouse, hehehe. Jadi dari Backpacker Hotel, kami berjalan menuju Stasiun Dobutsen-Mae untuk naik Sakaisuji Line menuju Stasiun Kita Senri. Dari Stasiun Kita Senri kita nggak pindah kereta karena kereta ini akan melaju sebagai Hankyu Senri Line menuju Kita Senri kemudian turun di Stasiun Awaji. Di Stasiun Awaji baru deh kita ganti kereta menjadi Hankyu Kyoto Line kemudian turun di Stasiun Awaramachi. Tinggal jalan sedikit saja dari Stasiun Awaramachi, kita sudah sampai di Khaosan Kyoto Guesthouse. By the way, maaf ya kalau penjelasan kereta mengkereta ini terlihat sangatlah rumit hehe. Tapi kalau teman-teman sudah terbiasa baca penjelasan transportasi di Google Maps pasti paham maksud saya ini  :D

Alhamdulillah, ya, rejeki anak sholihah kayaknya, kami diizinkan untuk titip koper di Guesthouse! Dari awal booking penginapan di Khaosan Kyoto Guesthouse memang saya sudah punya firasat baik dengan tempat ini. Dan, nilainya di hostelworld.com memang sudah terbukti dari hari pertama sampai disini. Begitu masuk, kami diizinkan untuk check in duluan walaupun belum waktunya check in karena hari itu masih pagi, kalau tidak salah masih pukul 10 pagi. Setelah itu kami juga diizinkan untuk meletakkan koper di ruang khusus titip koper (they even consider it for budget traveler like us, wow). Insya Allah nitip koper disitu aman selama sudah dilengkapi dengan kunci kita sendiri dan tagging card yang disediakan oleh pihak Guesthouse. Bahkan para lelaki pun diizinkan untuk shalat menggunakan salah satu ruang kosong di Guesthouse!!! Cool sekali. Jadi ingat pengalaman menginap di Sunshine Bedz KL, hostelnya juga bagus banget, tapi sayang kita tidak boleh beribadah di ruang kosong, even di space kosong kamar kita sendiri. Sehingga kalau mau shalat ya berarti kita shalat di tempat tidur sambil duduk karena bentuk tempat tidurnya bunkbed jadi tidak bisa sambil berdiri. Atau kita minta izin ke teman sekamar yang lain untuk beribadah. Untungnya waktu itu saya punya temen sekamar bule yang baik banget yang ngizinin untuk beribadah di space kamar yang kosong.
Ps: ternyata bisa beribadah itu rezeki lho.

Okay, setelah kita ngobrol-ngobrol sama Resepsionisnya yang asyik (mungkin karena udah sering bertemu foreigner) dan ngobrol juga dengan beberapa turis yang lagi ngariung di Lobby (bentuk lobby-nya kayak ngampar gitu aja), kita direkomendasikan untuk ke Kiyomizu Dera dulu yang ternyata tidak begitu jauh dari Guesthouse. Agar dapat menikmati atmosfir Kyoto, kami memilih untuk berjalan kaki dari Guesthouse menuju Kiyomizu Dera. Lumayan jauh, sih, jalan kaki 2,5 km, tapi untungnya kami rame-rame jadi nggak kerasa capek. Kalaupun capek atau lapar, di sepanjang perjalanan kami menuju Kiyomizu Dera kami menemukan banyak Streetfood yang enak-enak banget! Ada mochi isi kacang merah, kue kacang hijau, kue lidah kucing, sotong bakar, apalagi ya, banyak banget kayaknya yang dicoba. Dan saya pikir makanan Jepang itu hambar-hambar, tapi ternyata enggak lho, sama tasty-nya dengan jajanan pinggir jalan di Bandung. Ibaratnya, bila Osaka itu adalah Bandung "kota", maka Kyoto adalah Bandung "atas dikit" seperti wilayah Dago atau Setiabudi yang banyak camilannya itu, hahaha.

Nah, begitu sampai di Kiyomizu Dera, ramenya udah kayak pasar. Mungkin karena kami berkunjungnya pas hari Sabtu, jadi rame banget. Harga tiket masuknya juga termasuk murah, hanya dengan 300 yen atau setara 30.000 rupiah kita sudah bisa menikmati pemandangan yang indah disini.

Background-nya nggak asik bangetlah. Pada orang selfie aja isinya~

Tapi tidak menutupi scenery disana, sih, tetap kece sekali~ Salutnya, walaupun pengunjungnya membludak, tetapi lingkungan Kiyomizu Dera tetap terawat dan terjaga kebersihannya. Kiyomizu Dera terkenal dengan The Hanging Veranda-nya, yaitu beranda yang dibangun di atas bukit yang disokong menggunakan konstruksi kayu. Bila dilihat dari jauh memang kece badai pemandangannya. Sayangnya saya tidak menyimpan foto berandanya dari jauh.

Tiket versus Aktual


Semacam kumpulan harapan yang ditulis di balok kayu. Kepengen nulis juga, sih. Tapi mahal sekali nulis 1000 yen :(

Ada beberapa ritual percayaan juga yang dilakukan di Kiyomizu Dera ini. Salah satunya adalah menulis harapan di balok kayu seperti foto di atas. Boleh juga, sih, buat lucu-lucuan. Tetapi berhubung harganya mahal, jadi saya hanya baca-bacain aja satu-satu harapan apa yang pernah ditulis pengunjung, hehehe. Terserah kalian, ya, mau mencoba atau tidak. Kalau bagi saya sendiri, menontonnya saja sudah sangat menarik.

The Hanging Veranda 



Kenapa, sih, Wel, lo ngeliat ke arah HP terus? By the way please stay focused to the background.

Setelah puas berkeliling Kiyomizu Dera yang cantik ini, kami pulang ke Guesthouse dengan wajah riang gembira. Kelelahan kami jalan jauh dibayar dengan semangkuk Indomie yang dimasak dengan kebahagiaan. Hahaha. Diulang, semangkuk Indomie yang dimasak karena berhemat sudah terlalu banyak jajan Streetfood :))))

Oh iya. Saran saya, bila jalan-jalan ke Jepang, pakailah sepatu yang sangat nyaman untuk meminimalisir rasa lelah akibat banyak berjalan kaki. Bisa pakai walking shoes atau running shoes. Kalau saya kemarin pakai New Balance 947 berbahan kulit balik jadi sekaligus bisa menahan dingin juga. Trust me, it works! Selama di Jepang betis saya nggak berkonde-konde amat. Footgear penting, melebihi pentingnya style dengan pakaian dingin! :))))


Cheers,
Kodil

Thursday, February 1, 2018

Traveling with Baby: Say Yes To Catering MPASI

Ribet!

Itu yang sudah pasti ada di pikiran para emak. Apalagi anaknya belum setahun, belum bisa makan nasi atau bisanya makan nasi lembek, belum bisa gulgar, endebra endebre banyak banget disclaimer nya kalau buat bayi belum setahun tuh! Haha. Pasti deh yang ada di pikiran kita adalah bawa-bawa rice cooker dan masak di hotel. Gila, ribet banget nggak kebayang.

Terus pas lagi tenggelam di antara pertanyaan ribet itu, ternyata sepupu saya ada yang abis jalan-jalan ke Malang juga dan dia cerita kalo dia menemukan solusi jitu anti riweuh emak-emak: catering MPASI. Waini.

Jadi beberapa waktu sebelum berangkat saya dikasih taju sama si Hafsah untuk cobain pake catering MPASI daripada masak ribet gitu. Kebetulan banget sebulan sebelum saya ke Malang, Hafsah yang ke Malang. Nah, karena itinerary kami bakal padat banget, okay juga nih kalau dicoba. Saya direkomendasikan untuk nyobain Little Box Catering.

Saya, sih, bukan tipe emak-emak yang sangat sangat steril gitu, ya, buat anak. Maksudnya, selama ada pihak lain yang bisa mem-provide kebutuhan anak saya dan standar kebersihan dan gizinya sesuai, itu nggak masalah banget. Malah yang ada kita terbantu dengan fasilitas ini. Nah pas banget nih sama Little Box Catering. Selain menunya MPASI rumahan yang menggunakan bahan-bahan organik, penyusunan menunya juga dilakukan dengan ahli gizi. Jadi saya nggak khawatir sama kecukupan gizi Zaid selama jalan-jalan kemarin. Saya juga bukan ahli gizi, sih, hehehe, tapi setidaknya kita para emak inilah yang mengatur sumber gizi anak setiap hari, jadi mau nggak mau otodidak belajar masalah gizi dong pastinya.

Menu yang ditawarkan oleh Little Box dibagi menjadi beberapa bagian. Ada Baby Puree (6+), Baby Meals (8+), Toddy Meals (12+), dan Kiddy Meals (18+). Untuk yang paket Baby Puree dan Baby Meals itu bentuknya bubur dan no gulgar ya, dan untuk paket Toddy Meals dan Kiddy Meals bentuknya nasi dan dengan gulgar. Kemarin Zaid pilih menunya kombinasi paket Baby Meals dan Toddy Meals.

Kenapa Zaid dikasih Toddy Meals yang sudah ada gulgarnya?
Pertama, karena Zaid saat ke Malang itu udah 11 bulan jadi ya udahlah ya santai aja, toh less sugar less salt dan saya juga bukan team emak-emak yang saklek anti gulgar sebelum setahun, jadi, lanjut...
Kedua, karena Zaid sudah makan nasi lembek sejak usia 10 bulan. Ini anak kalau dikasih bubur tuh dilepeh, sis! Nah daripada nafsu makannya hilang pas lagi jalan-jalan, ya sudah kita pilihkan yang minim resiko aja, ya.

Berikut ini adalah rincian menu yang saya pesankan untuk Zaid:
Kamis, 28 September 2017
- Nasi putih lembek
- Tempe bacem - enak banget, saya yang nggak suka baceman aja ikut nyomotin dikit-dikit :))
- Sup iga sayur- enak banget, Zaid sampe mangap melulu minta disuapin. anyway iganya kayak dibuat abon gitu jadi sudah hancur dan melebur bersama kuah. 
- Bola-bola coklat - enak banget ini... cuma karena Zaid masih di bawah 12 bulan jadi konsumsi gula berlebihan, meises, dan sejenisnya ya saya batasi dulu deh.
Full pax (2 kali makan plus snack: Rp. 54.000,00)

Jumat, 29 September 2017
- Nasi putih lembek
- Udang mayonese - karena Zaid ada riwayat alergi udang, jadi diganti dengan ayam mayonese deh. Enak juga, tapi saya nggak se-impressed kemarin wakakakak. Reaksi Zaid juga nggak seheboh kemarin.
- Sapo tahu sutra - nah ini penyelamat que banget lah! Makan pake ini hap hap hap cepet banget nyuapinnya.
- Silky pudding - like any other silky pudding~~ biasa aja tapi karena teksturnya lucu, jadilah anak eike doyan. Kasih deh~
Full pax (2 kali makan plus snack: Rp. 59.000,00)

Sabtu, 30 September 2017
- Nasi teri medan - hambar, Seus... tapi saya lihat tekstur ikan terinya sangat jelas. Zaid suka banget menu ini.
- Sup bihun daging - enak bingitsss.
- Banana Berry Yoghurt - nah kirain Zaid nggak suka asem kan. Yaudah iseng aja dicoel ke mulutnya tanpa berharap dia bakal makan. Apa yang terjadi? MINTA LAGI DONG HAHAHAHA. Good job anaknya ibu!
Full pax (2 kali makan plus snack: Rp. 40.000,00)

Oh iya menu makannya terdiri dari 2 menu makan besar dan 1 snack yang diantar di antara pukul 11.00 - 12.00, pas banget sama jam makan siang anak. Kalau buibu pada buru-buru, buibu bisa jemput langsung ke gerai Little Box di Jalan Semeru no. 60 Malang mulai jam 9 pagi, kayak kemarin pas hari ketiga mau ke Batu jam 9 pagi, nah kita mampir dulu deh ke gerainya. Semuanya dalam porsi yang cukup besar untuk ukuran bayi, jadi para mamah nggak perlu takut porsinya kurang. 

Masalah rasa nggak usah ditanya, deh, enak banget! Serius, enak banget. Meskipun saya tahu itu less gulgar ya, tetep enak banget ya ampun. Tapi sayang saya nggak sempat ambil foto untuk masing-masing menu karena lagi ribet banget pegangin bayi, hehehe. Atau Zaidnya sudah keburu "kabita" ngeliat menu Little Box jadi harus buru-buru disuapin. Beneran, deh. Zaid tuh ngeliat menu Little Box matanya langsung nanar dan mangap minta disuapin. *jadi minder sama masakan sendiri*.

Dari semua pilihan menu, nggak ada yang nggak Zaid doyan. Doyan semua. Tadinya saya takut banget Zaid nggak bisa beradaptasi dengan masakan selain masakan Ibunya. Ternyata saya salah dan ngerasa lega banget pas jalan-jalan kemarin. Kalau habis jalan-jalan anak-anak tuh kurus gitu, ya, Zaid mah malah jadi tambah gemukan. Yaaa, walaupun di hari terakhir jalan-jalan Zaid demam karena kecapekan, tapi Alhamdulillah nafsu makannya nggak hilang. Mungkin karena masih kebayang-bayang makanannya Little Box kali ya, hehehe.

Kedepannya, mungkin kalau ada rencana jalan-jalan sambil ngajak bayi ke kota besar di Indonesia, kita bisa menjadikan catering MPASI sebagai alternatif makanan untuk mereka. Tapi jangan lupa untuk lakukan assessment terlebih dahulu ya, apakah catering MPASI yang para mamah pilih sudah menjawab kebutuhan para mamah atau belum.

Ps: teman, adakah yang punya info catering MPASI di Bandung dan Bali? Share ya!


Cheers

Dilla